Selasa, 20 Oktober 2015

THE POWER OF ILAHIYAH


S
udah menjadi hal yang biasa, dan mudah untuk memberi nasihat pada orang lain disaat kondisi diri sedang stabil, tak memiliki permasalahan. Sama halnya juga ketika menasihati diri sendiri dikala kondisi diri sedang mood, atau tak memilki beban apapun bahkan pada masalah yang terkecil sekali. Namun akan berbeda bila kondisi sedang berada dalam sebuah masalah, mungkin lebih tepatnya sedang diuji oleh Allah. Tentu memberi nasihat apalagi menasihat diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik, bukanlah perkara mudah.

Misalkan, ketika seseorang sedang mengalami kesulitan ekonomi tingkat stadium empat, artinya kritis sekali, dimana parameternya adalah, untuk makan hari ini saja tidak ada. Mungkinkan seseorang tersebut dapat stabil dan bijak mengambil sebuah sikap positif, bahkan mampu memberikan nasihat kepada orang lain. Menarik untuk diulas  melalui tulisan ini.

Dalam pandangan umum,  terkadang memang seperti kehabis akal untuk memikirkannya, karena  sepertinya sudah  diarahkan dan terbiasa pada pemikiran sempit. Dalam hal ini, bukan memikirkan orang tersebut makan dari mana, atau makan apa, tetapi diarahkan agar terfikir bagaimana orang tersebut dapat memikirkan orang lain sedang dirinya sedang dalam kecamuk pemikiran orang lain. Inilah mungkin sebuah animo umum yang biasa terjadi dikalangan umum pula. Seolah orang yang sedang bermasalah (diuji) dilarang berasumsi, sekalipun pada diri sendiri. Orang jawa bilang, ‘pamali’.

Ternyata kondisi tersebut bisa dikondisikan agar setiap orang yang memiliki kemampuan super tersebut, meski melawan arus kesannya dan sangat paradoks.  Pengkondisinan diri untuk dapat selalu eksis, tegar, perkasa, pantang menyerah, anti galau, anti murung durjana, dan sejenisnya bukanlah perkara sulit. Satu hal yang terpenting  untuk dapat mengaktualisasikan eksistensi tersebut adalah dengan mengkedepankan sebuah keyakinan, kepercayaan diri tinggi berbasis keimanan yang kokoh. Hanya dengan cara tersebut, dengan izinNYA pula segala permasalahan hidup dapat teratasi, singkat kata itu adalah ‘The power of Ilahiyah’.

Perkara makan apa hari ini, apakah anak-anak dapat makan, atau mau sampai kapan menahan lapar, bukanlah pangkal pokok masalah. Ketika keyakinan pada Allah yang maha kaya dan yang maha pemberi rejeki telah masuk didalam jiwa, maka sebuah motivasi yang diluar dugaan itu akan keluar dari diri orang yang telah sepenuhnya menaruh keyakinan tersebut.

Ada sebuah kisah dari seorang pedang kecil  yang menuliskan kata motivasi didalam gerobaknya, dia menulis,”Bagaimana saya miskin, sedang Tuhan saya Maha Kaya”. Nampaknya biasa saja, jargon kalimat tersebut, tapi coba hayati kembali kalimat tersebut. Itu bukan kalimat biasa, yang mudah diimplematasikan, tetapi itu adalah kalimat tauhid yang syarat akan keyakinan tingkat tinggi.

Jargon motivasi itulah sebuah solusi sekaligus menyentil telinga orang yang sering galau acak-acakan. Kalimat sederhana tersebut, sebenarnya ada muatan dakwah atau ajakan untuk menyadarkan kita semua, bahwa jangan pernah takut miskin, jangan pernah takut kelaparan, atau pun takut kehilangan. Segalanya tak akan pernah terwujud, selama kepala ini tegak keatas mengharap pertolongan Allah. Niscaya Allah tak akan diam, DIA akan melakukan tindakan diluar pemikiran kita, dan DIA melakukan tindakan dengan caranya sendiri menyelamatan hambanya yang telah menjual keimannnya tersebut, selanjutnya Allah akan membelinya dengan harga tinggi.

Akhirnya kita hanya berkata Subhanallah, maha suci Allah. Didunia ini selalu ada cara mengukuhkan keimanan diri agar tetap terkristal, dan sungguh sangat diluar dugaan bahwa nasihat yang terbaik itu terkadang seperti tak terduga datangnya, ternyata nasihat itu bukan datang dari kalangan akademisi atau orang-orang cerdas dsj, tatapi datang dari orang biasa, seorang  pedagang kecil.

Mampukah hati ini menggugah kesadaran diri, menerima nasihat tersebut, sungguh kini seperti tersadari dan mengakui bahwa ada larangan yang mengatakan Jangan lihat orangnya  dalam menarik nasihat, meski dari orang biasa, ternyata itu benar adanya, maka nasihatnya adalah  perhatikan apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan.

0 komentar:

Posting Komentar

THE POWER OF ILAHIYAH

| |


S
udah menjadi hal yang biasa, dan mudah untuk memberi nasihat pada orang lain disaat kondisi diri sedang stabil, tak memiliki permasalahan. Sama halnya juga ketika menasihati diri sendiri dikala kondisi diri sedang mood, atau tak memilki beban apapun bahkan pada masalah yang terkecil sekali. Namun akan berbeda bila kondisi sedang berada dalam sebuah masalah, mungkin lebih tepatnya sedang diuji oleh Allah. Tentu memberi nasihat apalagi menasihat diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik, bukanlah perkara mudah.

Misalkan, ketika seseorang sedang mengalami kesulitan ekonomi tingkat stadium empat, artinya kritis sekali, dimana parameternya adalah, untuk makan hari ini saja tidak ada. Mungkinkan seseorang tersebut dapat stabil dan bijak mengambil sebuah sikap positif, bahkan mampu memberikan nasihat kepada orang lain. Menarik untuk diulas  melalui tulisan ini.

Dalam pandangan umum,  terkadang memang seperti kehabis akal untuk memikirkannya, karena  sepertinya sudah  diarahkan dan terbiasa pada pemikiran sempit. Dalam hal ini, bukan memikirkan orang tersebut makan dari mana, atau makan apa, tetapi diarahkan agar terfikir bagaimana orang tersebut dapat memikirkan orang lain sedang dirinya sedang dalam kecamuk pemikiran orang lain. Inilah mungkin sebuah animo umum yang biasa terjadi dikalangan umum pula. Seolah orang yang sedang bermasalah (diuji) dilarang berasumsi, sekalipun pada diri sendiri. Orang jawa bilang, ‘pamali’.

Ternyata kondisi tersebut bisa dikondisikan agar setiap orang yang memiliki kemampuan super tersebut, meski melawan arus kesannya dan sangat paradoks.  Pengkondisinan diri untuk dapat selalu eksis, tegar, perkasa, pantang menyerah, anti galau, anti murung durjana, dan sejenisnya bukanlah perkara sulit. Satu hal yang terpenting  untuk dapat mengaktualisasikan eksistensi tersebut adalah dengan mengkedepankan sebuah keyakinan, kepercayaan diri tinggi berbasis keimanan yang kokoh. Hanya dengan cara tersebut, dengan izinNYA pula segala permasalahan hidup dapat teratasi, singkat kata itu adalah ‘The power of Ilahiyah’.

Perkara makan apa hari ini, apakah anak-anak dapat makan, atau mau sampai kapan menahan lapar, bukanlah pangkal pokok masalah. Ketika keyakinan pada Allah yang maha kaya dan yang maha pemberi rejeki telah masuk didalam jiwa, maka sebuah motivasi yang diluar dugaan itu akan keluar dari diri orang yang telah sepenuhnya menaruh keyakinan tersebut.

Ada sebuah kisah dari seorang pedang kecil  yang menuliskan kata motivasi didalam gerobaknya, dia menulis,”Bagaimana saya miskin, sedang Tuhan saya Maha Kaya”. Nampaknya biasa saja, jargon kalimat tersebut, tapi coba hayati kembali kalimat tersebut. Itu bukan kalimat biasa, yang mudah diimplematasikan, tetapi itu adalah kalimat tauhid yang syarat akan keyakinan tingkat tinggi.

Jargon motivasi itulah sebuah solusi sekaligus menyentil telinga orang yang sering galau acak-acakan. Kalimat sederhana tersebut, sebenarnya ada muatan dakwah atau ajakan untuk menyadarkan kita semua, bahwa jangan pernah takut miskin, jangan pernah takut kelaparan, atau pun takut kehilangan. Segalanya tak akan pernah terwujud, selama kepala ini tegak keatas mengharap pertolongan Allah. Niscaya Allah tak akan diam, DIA akan melakukan tindakan diluar pemikiran kita, dan DIA melakukan tindakan dengan caranya sendiri menyelamatan hambanya yang telah menjual keimannnya tersebut, selanjutnya Allah akan membelinya dengan harga tinggi.

Akhirnya kita hanya berkata Subhanallah, maha suci Allah. Didunia ini selalu ada cara mengukuhkan keimanan diri agar tetap terkristal, dan sungguh sangat diluar dugaan bahwa nasihat yang terbaik itu terkadang seperti tak terduga datangnya, ternyata nasihat itu bukan datang dari kalangan akademisi atau orang-orang cerdas dsj, tatapi datang dari orang biasa, seorang  pedagang kecil.

Mampukah hati ini menggugah kesadaran diri, menerima nasihat tersebut, sungguh kini seperti tersadari dan mengakui bahwa ada larangan yang mengatakan Jangan lihat orangnya  dalam menarik nasihat, meski dari orang biasa, ternyata itu benar adanya, maka nasihatnya adalah  perhatikan apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan.

0 komentar:

Posting Komentar

.