Kamis, 22 Oktober 2015

KEHENDAK BEBAS



Sore disebuah café mini unik  nan apik, dengan dekor tata ruangnya yang ciamik, ditambah lagi dengan dilengkapi alunan musik pop jawa. Café ini cepat mencuri kesan menyenangkan diriku. Café yang hanya menyajikan makanan khas bakso malang ini memang layak untuk diacungkan jempol, karena semenjak aku datang, duduk hingga pesan menu, pengunjung nampak  tiada henti  terus berdatangan silih berganti. 

Asik menikmati alunan lagu pop  jawa yang tak mengerti artinya sambil menikmati semangkuk bakso malang, mataku liar menyorot setiap sudut cafe. Duduk dedepan meja makanku sepasang kekasih, pria dewasa dan seorang wanita muda berparas remaja.
“Mau seluas apa hubungan ini….” Kupingku langsung saja menyambar celetukan  seorang pria tampan, kepada wanita didekatnya.

“Gue mau seperti XL, luas jangkauannya dan jaringannya…ha ha ha ha ha….” Jawab wanita itu dengan menampakkan behel giginya yang rapih, sambil mencubit genit tangan sang pria.

Mulanya aku acuh saja terhadap percakapan mereka, tapi lama kelaman kuping jadi gatal juga mendengar percakapan mereka berdua. Mungkin aura gosip sudah mencangkok fikiranku, sehingga telingaku kini seolah terpasang dan diarahkan pada frekwensi amplitudo suara pasangan itu saja. Karena hampir seluruh pembicaraan mereka terekam dengan jelas ditelingaku.

Aku mulai resah, ketika sang cowok mengajukan pertanyaan, “…bagaimana kalau istriku tahu?” Aku tercengang, otakku kananku langsung mengambil sebuah konklusi, kalau mereka adalah pasangan selingkuh. Tapi otak kiriku juga menyanggah, seolah berbisik, menasihati aku, jangan berperasangka buruk dulu, siapa tahu wanita itu calon istri kedua. “Glek!!!”  potongan bakso belom sempat dikunyah tertelan. Sial banget aku, berdebat sendiri, sampe keselag bakso.

Kini  sengaja aku memperlambat irama makanku, aku pengin tahu langkah selanjutnya pasangan itu setelah makan. Benar saja makanan mereka belum habis sepenuhnya sudah ditinggalkan. Tak lama merekapun keluar café menuju mobil Honda Brio hitam, keduanya tanpak kenyang dan puas. Jalan yang hanya berjarak tak lebih dari lima  meter dari café kemobil, dibuat seolah berjarak lima kilo meter, tampak tangan sang wanita dipegang erat, sepertinya tak mau dilepas, mungkin takut terluka apalagi kalau-kalau dia jatuh.

Mataku terus fokus pada kedua insan yang sedang mabuk asmara, bak cctv yang di remote untuk terus memantau kedua pasangan tersebut . Dan benar juga firasatku yang mengatakan  kalau-kalau mereka hendak ciuman didalam mobilnya. Pemandangan itu terekam jelas dimataku, adegan yang sepantasnya dilakukan oleh pasangan sah, dilakukan tanpa memperdulikan ada aku yang sedang memantaunya.

Aku menyerumput es campur garut sambil menerawang arah, kemana lagi mereka berdua yang sedang dimabuk cinta. Tapi untuk apa pula diikuti terus, dan apa pentingnya. Lagi-lagi batinku mengalami perdebatan. Takut terulang keselag lagi, aku sudahi debat batinku dan langsung meninggalkan café menuju musholah untuk sholat magrib berjemaah.

Usai sholat batinku bergejolak kembali, tapi kali ini aku bisa menepisnya, dan aku arahkan berfikir dan menganalisa secara normatif. logikaku mulai normal menanyakan sejuta pertanyaan. Apa yang dirasa pria tersebut saat dia mencium wanitanya, apakah ia teringat istrinya, atau teringatkah anaknya bila ia sudah memiiliki anak. Atau apakah dia masih bisa mengingat Allah.

Aku pernah bertanya pada kawanku yang sering menggunakan jasa PSK. Katanya, bila seorang sedang bermain dengan selain istrinya, dia masih bisa mengingat istrinya, tapi karena syahwatnya lebih dominan, akhirnya dia abaikan suara hati kecilnya itu.

Sejuta satu pembenaran mungkin akan terlontar dari setiap orang yang melakukan maksiat, dalam berapologi atas perbuatannya. Yang menjadi permasalahan adalah sinyal berupa alaram tubuh yang datang dari suara hati terdalamnya itu, sudah mengingatkan kesalahannya dan mengajak pada kebenaran. Lagi-lagi kontrol iman yang lemah itu penyebab utama dia berani mengabaikannya.

Betapa sempurnnya Allah SWT menciptakan hati sebagai alaram yang memberi sinyal pada setiap jiwa untuk menuntun dalam mengambil sikap yang benar. Namun karena kehendak bebas yang juga sengaja Allah berikan pada setiap manusia, maka siapapun berkehendak atas keputusan yang telah diambilnya sendiri. 

Terlapas dari itu semua, aku fikir logika mereka juga sudah berkata dan siap akan pertanggungjawabannya kelak. sehingga sangat logis sekali bila Al Quran  mengingatkan lebih dahulu sebelum alaram tubuh, dimana hati menyuarakan kata hatinya yang murni sebagimana dalam firmannya “75:36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”






0 komentar:

Posting Komentar

KEHENDAK BEBAS

| |



Sore disebuah café mini unik  nan apik, dengan dekor tata ruangnya yang ciamik, ditambah lagi dengan dilengkapi alunan musik pop jawa. Café ini cepat mencuri kesan menyenangkan diriku. Café yang hanya menyajikan makanan khas bakso malang ini memang layak untuk diacungkan jempol, karena semenjak aku datang, duduk hingga pesan menu, pengunjung nampak  tiada henti  terus berdatangan silih berganti. 

Asik menikmati alunan lagu pop  jawa yang tak mengerti artinya sambil menikmati semangkuk bakso malang, mataku liar menyorot setiap sudut cafe. Duduk dedepan meja makanku sepasang kekasih, pria dewasa dan seorang wanita muda berparas remaja.
“Mau seluas apa hubungan ini….” Kupingku langsung saja menyambar celetukan  seorang pria tampan, kepada wanita didekatnya.

“Gue mau seperti XL, luas jangkauannya dan jaringannya…ha ha ha ha ha….” Jawab wanita itu dengan menampakkan behel giginya yang rapih, sambil mencubit genit tangan sang pria.

Mulanya aku acuh saja terhadap percakapan mereka, tapi lama kelaman kuping jadi gatal juga mendengar percakapan mereka berdua. Mungkin aura gosip sudah mencangkok fikiranku, sehingga telingaku kini seolah terpasang dan diarahkan pada frekwensi amplitudo suara pasangan itu saja. Karena hampir seluruh pembicaraan mereka terekam dengan jelas ditelingaku.

Aku mulai resah, ketika sang cowok mengajukan pertanyaan, “…bagaimana kalau istriku tahu?” Aku tercengang, otakku kananku langsung mengambil sebuah konklusi, kalau mereka adalah pasangan selingkuh. Tapi otak kiriku juga menyanggah, seolah berbisik, menasihati aku, jangan berperasangka buruk dulu, siapa tahu wanita itu calon istri kedua. “Glek!!!”  potongan bakso belom sempat dikunyah tertelan. Sial banget aku, berdebat sendiri, sampe keselag bakso.

Kini  sengaja aku memperlambat irama makanku, aku pengin tahu langkah selanjutnya pasangan itu setelah makan. Benar saja makanan mereka belum habis sepenuhnya sudah ditinggalkan. Tak lama merekapun keluar café menuju mobil Honda Brio hitam, keduanya tanpak kenyang dan puas. Jalan yang hanya berjarak tak lebih dari lima  meter dari café kemobil, dibuat seolah berjarak lima kilo meter, tampak tangan sang wanita dipegang erat, sepertinya tak mau dilepas, mungkin takut terluka apalagi kalau-kalau dia jatuh.

Mataku terus fokus pada kedua insan yang sedang mabuk asmara, bak cctv yang di remote untuk terus memantau kedua pasangan tersebut . Dan benar juga firasatku yang mengatakan  kalau-kalau mereka hendak ciuman didalam mobilnya. Pemandangan itu terekam jelas dimataku, adegan yang sepantasnya dilakukan oleh pasangan sah, dilakukan tanpa memperdulikan ada aku yang sedang memantaunya.

Aku menyerumput es campur garut sambil menerawang arah, kemana lagi mereka berdua yang sedang dimabuk cinta. Tapi untuk apa pula diikuti terus, dan apa pentingnya. Lagi-lagi batinku mengalami perdebatan. Takut terulang keselag lagi, aku sudahi debat batinku dan langsung meninggalkan café menuju musholah untuk sholat magrib berjemaah.

Usai sholat batinku bergejolak kembali, tapi kali ini aku bisa menepisnya, dan aku arahkan berfikir dan menganalisa secara normatif. logikaku mulai normal menanyakan sejuta pertanyaan. Apa yang dirasa pria tersebut saat dia mencium wanitanya, apakah ia teringat istrinya, atau teringatkah anaknya bila ia sudah memiiliki anak. Atau apakah dia masih bisa mengingat Allah.

Aku pernah bertanya pada kawanku yang sering menggunakan jasa PSK. Katanya, bila seorang sedang bermain dengan selain istrinya, dia masih bisa mengingat istrinya, tapi karena syahwatnya lebih dominan, akhirnya dia abaikan suara hati kecilnya itu.

Sejuta satu pembenaran mungkin akan terlontar dari setiap orang yang melakukan maksiat, dalam berapologi atas perbuatannya. Yang menjadi permasalahan adalah sinyal berupa alaram tubuh yang datang dari suara hati terdalamnya itu, sudah mengingatkan kesalahannya dan mengajak pada kebenaran. Lagi-lagi kontrol iman yang lemah itu penyebab utama dia berani mengabaikannya.

Betapa sempurnnya Allah SWT menciptakan hati sebagai alaram yang memberi sinyal pada setiap jiwa untuk menuntun dalam mengambil sikap yang benar. Namun karena kehendak bebas yang juga sengaja Allah berikan pada setiap manusia, maka siapapun berkehendak atas keputusan yang telah diambilnya sendiri. 

Terlapas dari itu semua, aku fikir logika mereka juga sudah berkata dan siap akan pertanggungjawabannya kelak. sehingga sangat logis sekali bila Al Quran  mengingatkan lebih dahulu sebelum alaram tubuh, dimana hati menyuarakan kata hatinya yang murni sebagimana dalam firmannya “75:36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”






0 komentar:

Posting Komentar

.