BARBAR VS BARBIE
Blog post
ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di
Jalan.’ #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan
Astra-Hoda Motor dan Nulisbuku.com
Matanya nanar, mulutnya sedikit dimonyong-moyongkan,
dan dengan wajah masam Parjo mengerutu sendiri, setiap kali melintas di trafic
light. Sesekali emosinya membuncah terhadap para pengendara yang menyerobot
garis zebra cross. Sarana yang sedianya digunakan untuk para penyeberang jalan
itu nyaris tak terlihat garis-garisnya, karena tertutup rapat oleh para
pengendara.
“Barbar !!! Dasar wong gemblung!!! Ora bisa tertib….” Sambil menyeberang jalan, celotehnya
dilemparkan kepada para pengendara yang mengabaikan tanpa mengedepankan adab
berkendaraan dan tata tertib berlalulintas.
Pemandangan ini menjadi hiasan
mata yang tak sedap dan tak diinginkan bagi Parjo yang sehari-harinya menggunakan moda transportasi communter line,
selanjutnya berjalan kaki dari stasiun dengan menyeberangi beberapa zebra cross
untuk mengapai tempat kerjanya. Parjo
tidak bernasib sendiri, hampir setiap
pejalan kaki yang ingin menyeberangi melalui zebra cross, selalu senasib
dengannya.
Lain ceritanya dengan Susi, yang
setiap hari mengendarai Motor Matic, pergi dan pulang ketempat kerjanya, kendaraan itu menjadi teman hidup dalam
keselamatan dijalan. Susi dan Parjo adalah dua insan berbeda dalam menggunakan
moda transportasi, tapi satu tujuan dalam mencari nafkah untuk menghidupi
keluarganya, mereka berada dalam satu atap diperusahaan BUMN tempat mereka bekerja.
Sebagai kuli pemerintah yang
telah mengabdi puluhan tahun mereka tak bosan-bosannya menyoal masalah
kesemerawutan kendaraan dijalan. Meski bukan kapasitas mereka mengupas
permasalahan dijalan yang semakin hari semakin kusut. Tetapi karena kepedulian
mereka terhadap keselamatan bagi semua pengendara itu yang mendorong mereka
sering sharing sesama teman sekerja, membicarakan permasalahan lalulintas,
layaknya seorang ahli transportasi jebolan perguruan tinggi keren.
“Sus enaknya tuh di apakan yah,
kalo pengendara menutup zebra cross…? Mereka seenaknya sendiri, berhenti di garis zebra cross, itukan
mengganggu dan merampas hak pengguna jalan, khusunya para pejalan kaki…seperti
aku….” Parjo
memulai pembicaraannya dengan Susi di pagi hari saat meja kerja mereka belum terisi dengan tumpukkan
lembar kerja.
“Kalo aku jadi Polisi Mas… Sudah
aku tilangin semua, ngga peduli mau ada program operasi zebra ataupun tidak…
pokoke kaga ada ampun buat mereka…” Susi
bersemangat menimpali celoteh Parjo yang memancing semangat pagi itu.
“Lah…Sampean
sendiri kalo pas berada di trafic light,
berhentinya dimana…?”
Parjo menyentil dengan celotean konyol.
“Mas…Aku
sadar diri, aku ini kan wanita cantik seperti Barbie, masa sih orang secantik Aku
mau berhenti ditempat yang mengganggu pengguna jalan yang lain…”Sahut Susi sambil memuji diri.
“Owh…. Sampean cantik kaya Barbie toh…”
“Ya..iya..lah…Barbie
itu punya adab Mas, kalo Mereka itu Barbar, alias pengendara yang engga punya
adab…”
“Harusnya
tuh para pengendara Barbar itu ditilang lalu diberi pengarahan yang jelas akan
keselamatan berkendaraan, Polisi punya tanggungjawab terhadap tugasnya, yang
ngga Cuma mengatur lalulintas, tapi lebih dari itu, menyadarkan para pengendara
Barbar itu Mas…”
“Masalahnya
pelaku pelanggaran alias pengendara Barbar itu jumlahnya tidak sedikit loh
jeung…”
Belum usai pembicaraan mereka
yang mulai memanas, setumpuk agenda kerja sudah datang dari rekan kerja yang
lain, sehingga pembicaran hangat tersebut terputus.
“Oke
deh Mas…nanti kita sambung lagi…kerjaanku numpuk banget hari ini…” Tutup Susi menyudahi
pembicaraannya.
“Ok!!
Barbie…inget yah, tertib dijalan biasanya juga tertib dalam bekerja…”Parjo menyambangi dengan tantangan
melalui candanya.
“Oh
iya… dong Mas…Barbie selalu tertib berkendaraan dan tertib dalam bekerja,
amit-amit deh jadi pegawai Barbar…”
Sahut Susi kembali.
Lingkungan kerja mereka nampak kondusif,
rukun, kompak dan bersahaja dalam bekerja. Warna dilingkungan kerjanya tidak
sedikit terinfluensi oleh tingkah laku mereka yang biasa tertib dijalan.
Kebiasaan baik tertib dijalan ini tercermin pada pola kerjanya. Nampaknya
perilaku Barbie dan Barbar dijalan berbanding lurus dengan perilaku di dunia kerjanya,
sebuah alternatif pilihan hidup yang bijak telah mereka ajarkan bagaimana dalam
memilih kehidupan yang terbaik.
––––•(-••-)•––––
Malam ini Parjo mengajak Istrinya
menyatap bubur ayam yang berada tak jauh dari rumahnya. Bubur ayam yang hanya dijual pada malam hari ini sangat ramai
pengunjungnya. Banyaknya penikmat bubur ayam malam ini membuat tak sedikit pelanggan tak kebagian
tempat duduk untuk mengantri menikmati menu sajiannya ditempat, hingga akhirnya
seringkali harus membungkusnya.
Tapi malam ini Parjo dan Istrinya
sedang beruntung, mereka mendapat bagian
tempat duduk, kursi kayu panjang khas
tempat duduk sederhananya, bak kursi parlemen yang diperebutkan banyak orang.
Kini dihadapannya sudah tersaji
lengkap dan mereka siap menyantap bubur ayam yang dipesannya. Duduk didepannya
tiga orang pria berperawakan tegap, satu dari Mereka menggunakan tongkat
penyanggah, untuk kakinya yang terlihat cacat.
Parjo dan Istrinya sangat
menikmati bubur ayam malam kesukaannya, ditengah asiknya menyantap bubur ayam,
terdengar pembicaraan santai ketiga pria
tegap tersebut yang hinggap ditelinga
Parjo.
“ Aku telah bersumpah untuk
dirinku sendiri, tidak akan lagi menilang pengendara…” Salah satu pria tegap yang memegang
tongkat penyanggah itu berkata.
“Kenapa
toh Dan….” Tanya
pria temannya.
“Semenjak Aku disumpahi oleh
pengendara yang Aku tilang, Aku seperti kena tuahnya. Uang yang saat itu Aku
dapat sebesar lima belas ribu rupiah, telah menjadi seratus lima puluh juta
rupiah untuk berobat atas penyakitku…” Pria itu mencoba menarik perhatian kepada kedua
rekannya dengan nada serius, Dia
menceritakan segala hal ikhwal musibah hingga ia menderita cacat seperti itu.
Parjo yang tadinya santai
menikmati bubur ayamnya, tiba-tiba tersendak hingga batuk. Sontak istrinya
kaget, dan membersihkan makanan yang tersembur keluar. Bukan tanpa sebab Parjo
menyemburkan makanannya, tetapi karena terlalu serius mendengarkan obrolan
ketiga pria tersebut.
Setelah selesai menikmati bubur
ayam malam Parjo bergegas pulang, Dia nampaknya sudah tak sabar untuk sampai dirumah.
Parjo ingin menjelaskan kepada Istrinya kenapa Dia bisa tersendak dan
menyemburkan makanannya.
“Bun…Aku tersendak saat makan
bubur tadi bukan tanpa sebab…tapi Aku terlalu dalam mendengar cerita orang itu,
Aku menduga mereka adalah Polisi…”
Parjo membuka pembicaraan kepada istrinya.
“Emang Kamu kenal Mereka….dan apa
hubungannya Kamu dengan Mereka…sampai Kamu tersendak..” Tanya Istrinya penuh rasa
penasaran.
“ Aku tak kenal Mereka…tapi tadi
ditempat kerjaku, Aku baru saja membahas bersama temanku tentang masalah perilaku Polisi yang turut andil
dalam menciptakan kesemerawutan berlalu lintas dijalan…”
Parjo mengulas dan menceritakan
panjang lebar pembicaraan dengan rekan kerjanya. Dengan detail Ia menjabarkan
gagasannya membangun sebuah konsep tertib berlalulintas, meski kapasitas
dirinya bukanlah orang yang berkompetensi dalam melakukan perubahan tersebut.
Dia berpendapat bahwa komplesikfitas masalah berlalu lintas semua yang ada
didalamnya, baik pengendara maupun Polisi selaku penegak hukum, semua memegang
kendali dan andil terhadap terciptanya ketertiban dan sekaligus kesemerawutan
berlalulintas.
Perilaku oknum Polisi yang
terkesan arogan juga memberi kontribusi yang tidak kecil, dalam memicu protes
diri terhadap pelanggaran berlalu lintas, bahkan sumpah serapah seperti
menjelma menjadi hukum karma bagi pelanggarnya pun menjadi sebuah keniscayaan.
Parjo malam itu begitu bersemangat
berorasi bak seorang dosen meski hanya didepan satu mahasiswi
kesanyangannya.
“Bila
sudah begini…bagaimana dan darimana kita memulai menciptakan ketertiban
berlalulintas bun….?”
Tanya Parjo memancing intelejensia Istrinya.
“Benar
seperti kamu jelaskan tadi, semua bisa bila dimulai, dari diri sendiri….”
“Benar
sekali kamu Bun….tanpa ada kemauan diri dan datang dari kesadaran diri sendiri,
tak akan pernah tercipta ketertiban berlalulintas….”
Sudah terlalu banyak korban berjatuhan
sebagai dampak dari ketidak disiplinan dalam berkendaraan, bukan saja dari
pengendara bermotor saja, tetapi juga para pejalan kaki pengguna jalan raya tersebut pun sering kali menjadi
korban dari kelalaian dan ketidak disiplian para pengendara, belum lagi dari
pihak kepolisian yang juga sering menjadi
korban kekerasan dan kelalaian pengendara.
Kesadaran yang terbangun dari
diri untuk mau mentaati setiap peraturan berlalulintas adalah modal pertama
untuk terciptanya ketertiban berlalulintas, selanjutnya penegakkan hukum dari aparatur
penegak hukum, dimana Polisi adalah ornamen pertama dalam penegakan huklum
tersebut, haruslah berangat dari diri individu masing-masing juga, guna menghindari
dari perilaku arogan dan lupa hak dan kewajibanhya menegakkan hukum, sehingga tidak
memicu terjadinya pembangkangan sosial yang dilakukan pelanggar tertib
lalulintas, dengan cara sengaja mengekspresikan diri melanggar peraturan
tersebut yang pada akhirnya juga mencelakaan banyak pihak.
Parjo menutup pembicaraan seriusnya
bersama Istri tercinta itu dengan
keseriusan dan tekad yang kuat bahwa dari mereka bisa merubah segalanya, semoga
tercipta Parjo dan Istrinya serta Susi yang lain dalam menciptakan ketertiban
dijalan dan dalam berlaulintas. Diakhir pembicaraan Parjo menutup sebuah joke
kepada Istrinya.
“Aku jadi teringat Susi membuat
selembar kertas bertulisan, ‘BABAR VS BARBIE’ yang ditempelkan di filing
kabinbentnya…”
“Untuk apa itu Mas…”
“Dia berkampanye tertib
berlalulintas dikantornya…”
“Kenapa ngga dijalan raya aja,
biar para pengendara dan Polisi tahu kampanyenya…”
“Aku sudah bilang pada dia…Kalo
aja ada kontes Miss Tertib Lalulintas, saya akan usulkan Dia menjadi salah satu
kandidatnya…”
Tawa renyah keduanya membelah
malam yang semaking pekat, sebuah kesepakatan telah terbangun dari keluarga
kecil nan sederhana menuangkan sebuah gagasan tertib berlalulintas, meski
mereka bukan decision maker dan tak berkompetensi didalmnya, namun kontribusi
mereka sangatlah besar sekali, dan mengisnpirasi banyak orang.
0 komentar:
Posting Komentar