Sore
disebuah café mini unik nan apik, dengan dekor tata ruangnya yang ciamik, ditambah lagi dengan dilengkapi
alunan musik pop jawa. Café ini cepat mencuri kesan menyenangkan diriku. Café
yang hanya menyajikan makanan khas bakso malang ini memang layak untuk
diacungkan jempol, karena semenjak aku datang, duduk hingga pesan menu,
pengunjung nampak tiada henti terus berdatangan silih berganti.
Asik
menikmati alunan lagu pop jawa yang tak mengerti artinya sambil menikmati
semangkuk bakso malang, mataku liar menyorot setiap sudut cafe. Duduk
dedepan meja makanku sepasang kekasih, pria dewasa dan seorang wanita muda berparas remaja.
“Mau
seluas apa hubungan ini….” Kupingku
langsung saja menyambar celetukan seorang pria tampan, kepada wanita
didekatnya.
“Gue
mau seperti XL, luas jangkauannya dan jaringannya…ha ha ha ha ha….” Jawab wanita itu dengan menampakkan
behel giginya yang rapih, sambil mencubit genit tangan sang pria.
Mulanya
aku acuh saja terhadap percakapan mereka, tapi lama kelaman kuping jadi gatal
juga mendengar percakapan mereka berdua. Mungkin aura gosip sudah mencangkok
fikiranku, sehingga telingaku kini seolah terpasang dan diarahkan pada
frekwensi amplitudo suara pasangan itu saja. Karena hampir seluruh pembicaraan
mereka terekam dengan jelas ditelingaku.
Aku
mulai resah, ketika sang cowok mengajukan pertanyaan, “…bagaimana kalau istriku
tahu?” Aku tercengang,
otakku kananku langsung mengambil sebuah konklusi, kalau mereka adalah pasangan
selingkuh. Tapi otak kiriku juga menyanggah, seolah berbisik, menasihati aku,
jangan berperasangka buruk dulu, siapa tahu wanita itu calon istri kedua. “Glek!!!” potongan bakso belom sempat dikunyah tertelan. Sial
banget aku, berdebat sendiri, sampe keselag bakso.
Kini sengaja aku memperlambat irama makanku, aku pengin tahu langkah selanjutnya
pasangan itu setelah makan. Benar saja makanan mereka belum habis sepenuhnya
sudah ditinggalkan. Tak lama merekapun keluar café menuju mobil Honda Brio
hitam, keduanya tanpak kenyang dan puas. Jalan yang hanya berjarak tak lebih
dari lima meter dari café kemobil, dibuat seolah berjarak lima kilo meter, tampak tangan sang wanita dipegang
erat, sepertinya tak mau dilepas, mungkin takut terluka apalagi kalau-kalau dia jatuh.
Mataku
terus fokus pada kedua insan yang sedang mabuk asmara, bak cctv yang di remote untuk terus memantau kedua pasangan tersebut .
Dan benar juga firasatku yang mengatakan kalau-kalau mereka hendak ciuman
didalam mobilnya. Pemandangan itu terekam jelas dimataku, adegan yang
sepantasnya dilakukan oleh pasangan sah, dilakukan tanpa memperdulikan ada aku
yang sedang memantaunya.
Aku
menyerumput es campur garut sambil menerawang arah, kemana lagi mereka berdua
yang sedang dimabuk cinta. Tapi untuk apa pula diikuti terus, dan apa
pentingnya. Lagi-lagi batinku mengalami perdebatan. Takut terulang keselag
lagi, aku sudahi debat batinku dan langsung meninggalkan café menuju musholah
untuk sholat magrib berjemaah.
Usai
sholat batinku bergejolak kembali, tapi kali ini aku bisa menepisnya, dan aku
arahkan berfikir dan menganalisa secara normatif. logikaku mulai normal menanyakan sejuta pertanyaan. Apa yang dirasa pria tersebut
saat dia mencium wanitanya, apakah ia teringat istrinya, atau teringatkah anaknya
bila ia sudah memiiliki anak. Atau apakah dia masih bisa mengingat Allah.
Aku
pernah bertanya pada kawanku yang sering menggunakan jasa PSK. Katanya, bila
seorang sedang bermain dengan selain istrinya, dia masih bisa mengingat
istrinya, tapi karena syahwatnya lebih dominan, akhirnya dia abaikan suara hati
kecilnya itu.
Sejuta
satu pembenaran mungkin akan terlontar dari setiap orang yang melakukan
maksiat, dalam berapologi atas perbuatannya. Yang menjadi permasalahan adalah
sinyal berupa alaram tubuh yang datang dari suara hati terdalamnya itu, sudah
mengingatkan kesalahannya dan mengajak pada kebenaran. Lagi-lagi kontrol iman
yang lemah itu penyebab utama dia berani mengabaikannya.
Betapa
sempurnnya Allah SWT menciptakan hati sebagai alaram yang memberi sinyal pada
setiap jiwa untuk menuntun dalam mengambil sikap yang benar. Namun karena
kehendak bebas yang juga sengaja Allah berikan pada setiap manusia, maka
siapapun berkehendak atas keputusan yang telah diambilnya sendiri.
Terlapas dari itu semua, aku fikir logika mereka juga sudah berkata dan siap akan pertanggungjawabannya kelak. sehingga sangat logis sekali bila Al Quran mengingatkan lebih dahulu sebelum alaram tubuh, dimana hati menyuarakan kata hatinya yang murni sebagimana dalam firmannya “75:36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”
Terlapas dari itu semua, aku fikir logika mereka juga sudah berkata dan siap akan pertanggungjawabannya kelak. sehingga sangat logis sekali bila Al Quran mengingatkan lebih dahulu sebelum alaram tubuh, dimana hati menyuarakan kata hatinya yang murni sebagimana dalam firmannya “75:36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”
0 komentar:
Posting Komentar