”Barangsiapa
yang melihatku disaat tidur maka seakan-akan dia melihatku pada saat terjaga
dan setan tidaklah dapat menyerupaiku.”
(HR. Bukhori)
”Barangsiapa yang melihatku disaat tidur
maka sungguh dia telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku.”
(HR, Tirimidzi)
M
|
alam itu, adalah hari Jum’at
malam Sabtu tanggal 19 September 2015 atau tepatnya tanggal 5 Dzulhijjah 1436
H. Sebuah hari yang paling bersejarah sepanjang usiaku. Pada malam itu Aku
bermimpi berjumpa melihat Rosullullah. Meski Aku tak mengerti takwil mimpi,
namun mimpi itu sangat kuat dan membekas hingga Aku terjaga. Dengan penuh
keyakinan, Aku menuliskan dilembaran ini bahwa, dalam mimpi itu adalah benar-benar
sosok Rosulullah, dengan penuh keyakinan pula Aku berkeyakinan bahwa setan tak bisa menyerupai beliau, baik dalam bentuk fisik maupun suara.
Tak ada firasat, dan tanda-tanda
apapun saat kejadian menjelang tidur. Namun bila diteliti secara seksama,
nampak ada benang merah yang menjadi triger terjadinya mimpi tersebut.
Sebagaimana dituliskan oleh Usatad Fatihyakan, dalam bukunya yang berjudul,
“Yang berguguran dijalan Dawah” Beliau menuliskan prihal cara berjumpa dengan
Rosulullah, dalam buku beliau dikisahkan bahwa, ada seorang pemuda
yang ingin berjumpa dengan Rosulullah dalam mimpinya. Dikisahkan bahwa ketika menjelang tidurnya pemuda
tersebut diberi jamuan makan malam dengan memberikan garam dalam kapasitas yang sangat banyak, hal ini disampaikan kepada Pemuda tersebut agar pemuda tersebut dapat menggapai keinginannya berjumpa dengan Rosulullah dalam mimpinya.
Melalui
testimoni makan garam ini, ternyata cukup efektif bahwa keinginannya untuk menghilangkan dahaga akan rasa asin ternyata berlebih kuat dari pada keinginan berjumpa Rosulullah dalam mimpinya,
sehingga nuansa aktifitas sebelum tidur terbawa hingga tidurnya yang bermimpi
mendapatkan air hujan dan merasakan kepuasan minum dalam menghilangkan dahaga
tersebut.
Bila dikomperasikan dan menarik sebuah kolerasi dengan aktifitasku, dimana saat itu Aku hanya
sebatas membaca kisah Nabawiah, yaitu sejarah perang Uhud, dan mentadaburkan sedikit Al Quran Surat Al
Alaq Ayat 6 sampai dengan 19, dan surat lain secara acak dengan konsep
munasabah, itu pun tak banyak. Kemudian
juga Tadabur tentang kalimat yang baik seperti pohon yang baik dst, selanjutnya kisah
terbunuhnya Abu Jahal dalam perang Uhud serta tadabur tentang perintah sujud,
karena saat itu Aku sedang merampungkan tulisan kecil tentang Sujud.
Setelah itu tertidur seperti biasa, bahkan seingatku terlupa membaca do’a hendak tidur karena sudah terasa lelah.
Boleh jadi inilah triger yang
menjadi terwujudnya mimpi berjumpa dengan Rosulullah, karena ketika Aku mentadaburkan Al Quran khususnya surat Al Alaq
ayat 6 sampai dengan 19, Aku terasa hanyut dan larut dalam nuansa masa
Rosulullah. Bagaimana cerita dan kejadiannya dalam mimpi itu, berikut ini
adalah narasi yang bisa Aku tulis ulang dari mimpiku saat berjumpa dengan
Rosulullah.
Dalam mimpi itu entah bagaimana
awalnya, Aku tak tahu, namun tiba-tiba Aku sudah berada ditengah
kumpulan massa besar. Aku terbawa arus
massa yang sedang berkumpul, dan terkonsentrasi didepan Ka’bah Baitullah,
menunggu kehadiran Rosulullah yang hendak menyampaikan maklumat kepada umat dalam
pengambilan sikap terhadap ancaman Abu Jahal yang hendak mematahkan leher
Rosulullah bila pada hari itu Beliau Rosulullah berani melakukan ibadah dan
bersujud didepan Ka’bah Baitullah.
Ka’bah Baitullah dalam mimpiku
masih dalam bentuk aslinya, belum seindah sekarang. Tumpukan batu batanya yang
besar-besar masih jelas terlihat, berwarna keputih-putihan seperti semen
berkapur tapi agak berwarna susu coklat. Sayang Aku tak perhatikan kain kiswah
yang ada dibagian atasnya Ka’bah, jadi lupa secara detail untuk mengulang
kembali mimpi tersebut, apakah ada atau tidak ada kain kiswah dibagian atas
bangunan Ka’bah tersebut. Alasnya pun asli alamiah sekali, masih beralas tanah
berpasir.
Suasana didepan Ka’bah Baitullah pada
saat itu dipenuhi oleh dua kelompok massa. Satu kelompok massa dengan wajah
penuh dengan ekspresi ketegangan, ini adalah kelompok masa yang khawatir akan
nasib Rosulullah. Kelompok massa ini tidak mendukung Abu Jahal juga tidak
mendukung Rosulullah. Ini adalah kelompok massa
yang hanya ingin menyaksikan peristiwa besar yang dinanti-nanti akan
keberanian dan kebenaran niat Abu Jahal yang akan mematahkan leher Rosullullah
sebagaimana sesumbar berupa ancaman yang sudah menyebar dilingkungan Baitullah.
Sebaliknya kelompok kedua adalah
kelompok massa yang heroik, bergelora berjihad melawan Abu Jahal. Kumpulan
massa yang berkonsentrasi lebih awal menanti kehadiran Rosulullah dengan
memberikan dukungan moril maupun fisik, dengan kondisi siap berjihad hidup
mati, kelompok massa kedua ini sangat sigap bila ada hal-hal yang tak
diinginkan dari wujud niat Abu Jahal tersebut menjadi kenyataan.
Aku berada diantara kumpulan massa yang mendukung Rosulullah, kelompok massa yang siap bersama Rosulullah, memerangi Abu Jahal bila benar-benar terjadi bentrok fisik. Meski Aku siap berjihad bersama Rosulullah, namun anehnya Aku belum mengenali wajah Rosulullah dalam mimpi itu, sehingga ketika Aku menanti kehadiran Beliau, dimana posisi Aku tepat didepan Ka’bah yang hanya berjarak tidak lebih dari lima meter, Aku seperti terbawa arus massa saja, karena Aku tak tahu, dan belum mengenal wajah Rosulullah yang sesungguhnya.
Ketika tiba rombongan besar
datang beriring-iringan menuju Ka’bah, dimana dalam rombongan itu ada orang
(Sahabat Rosulullah) yang bertugas menjadi pembuka jalan untuk Rosulullah, ada
juga yang berteriak-teriak memberi semangat jihad melawan Abu Jahal. Susana saat
itu benar-benar heroik sekali.
Aku berada dibaris depan kelompok
massa dalam menyambut kedatangan Rosulullah. Sekali lagi, karena Aku tak
mengenal wajah Rasulullah, maka ketika beliau melintas didepan Aku, Aku tak
menyadarinya, karena Aku benar-benar tak tahu dan tidak mengenal dengan benar, kalau orang yang sedang melintas didepanku itu
adalah Rosulullah.
Setelah Rosululluh melewati Aku yang
berjarak tak lebih dari satu meteran, lalu tak lama kemudian ada yang berteriak
“..MUHAMMAD ROSULULLAH!!!!…” “…ITU ROSULLAH!!!!….”
Aku terperanjat melihat sosok beliau yang sudah bergerak agak menjauh dari
posisiku, diperkirakan berjarak tak lebih dari tiga meter, Aku berada tepat dibelakang
beliau. Saat itu Aku berupaya terus bergegas mendekat beliau, namun tak kuasa
dengan barikade para Sahabatnya, dan massa yang lain yang sama-sama ingin
mendekat Beliau, dalam menanti maklumat apa yang akan dikeluarkan Beliau didepan
Ka’bah.
Mungkin karena kalah besar ukuran
fisikku dibanding dengan sebagaian besar massa yang saat itu berbadan besar
semua. Sehingga Aku tenggelam dalam lautan massa yang besar-besar. Aku hanya
bisa mendengar suaranya saja saat beliau mengeluarkan maklumat didepan Ka’bah
Baitullah.
Yang terekam dalam fikiranku saat
tepat berada dibelakang beliau yang diperkirakan hanya berjarak tiga meteran
tersebut, dapat Aku gambarkan sosok beliau. Sungguh beliau itu sosok pemimpin, kesatria
yang gagah, saat itu beliau tak bersorban, sehingga tampak jelas rambutnya. Beliau
berambut hitam tapi tak pekat, ikal (tidak keriting juga tidak lurus) panjang hampir
sebahu, bejalan tegap, gesturnya mengekspresikan tanpa ada beban rasa takut sedikitpun
akan ancaman Abu Jahal. Bergamis panjang putih, tapi gamis panjang putih beliau
tak secerah putihnya seperti gamis baru, meski tak nampak kusam. Bahunya
bidang, seperti seorang atlet profesional, berjalan tak terlalu cepat tapi
tidak lambat. Tinggi beliau tak terlalu tinggi, dibanding diriku yang memiliki
tinggi 170 CM, beliau lebih tinggi sedikit.
Sayang Aku tak fokus melihat
wajah beliau, padahal Beliau berjalan tepat didepanku, mungkin karena Aku tak
mengenal Beliau, Aku pun baru mengetahui bahwa itu Rosulullah setelah ada
teriakan massa yang bersemangat jihad dan menyebut nama beliau, barulah Aku
menyadari bahwa itu adalah Rosullullah.
Setelah didepan Ka’bah Baitullah,
Rosulullah mengeluarkan maklumat. Terjadi keheningan saat beliau berbicara. Saat
Beliau menyampaikan maklumat. Kata-katanya jelas, bulat dan EYD (Ejahan Yang
Disempurnakan) serta lantang sekali, intonasinya agak tinggi tapi tegas, agak
kemiliter-militeran, mungkin karena sangkin bersemangatnya. Nadanya berat, penuh
keyakinan dan berwibawa, sehingga sangat pantas sekali sebagai seorang
pemimpin. Belaiu berkata dalam bahasa Arab, anehnya aku mengerti arti seruan
Rosulullah tersebut. Bila diartikan, Beliau menyeru, agar jangan mundur dari
ancaman Abu Jahal, dan tetaplah beribadah dan bersujud didepan Baitullah.
Ketika Rosullullah berseru, Aku berusaha untuk terus mendekati, tapi tak bisa
mendekat beliau karena para sahabatnya yang berbadan besar-besar telah menutup
jalan Aku mendekat Rosulullah, jadi lagi-lagi upaya Aku melihat wajah
Rosulullah tak tercapai.
Usai dengan hikmad mendengar
seruan beliau, Aku tak bisa mengikuti dan mengingat kembali peristiwa apalagi
setelah itu. Hingga akhirnya Aku terbangun dari tidur, Aku sangat heran, dan
menjadi terbengong-bengong saat bangun tidur itu. Batin ini terus bertanya,
benarkah mimpi itu…? Benarkah itu sosok Rosulullah…? Mengapa, Aku bisa dihadirkan
dimasa beliau…? Pantaskah Aku yang tak memiliki iman sempurna berjumpa dengan
Beliau lewat mimpi… ? Dan sejuta pertanyaan lainnya yang terus mengelayuti usai
mimpiku.
Bila Aku mengenang kembali mimpi
itu, tanpa sadar air mata ini ikut menetes, merindukan kembali berjuang bersama
beliau. Ingin selalu bersamanya, suasana heroik dalam mimpi itu tak bisa
hilang, dan berharap dapat kumpul kembali disurga nanti. Sungguh beliau
sosok nyata dan real pemimpin manusia, uswah hasanah, bilakah mimpi itu hadir
kembali?
“Mimpi itu ada tiga macam:
bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
“Mimpi baik itu dari Allah, dan mimpi
buruk dan mimpi jorok itu dari setan.” (HR. Bukhari 5747 dan Muslim 2261)
Akhirnya, Aku hanya berkeyakinan
akan hadist yang Aku sadur pertama diatas awal tulisanku, meski dengan
keterbatasan pengetahuan yang aku miliki. Wallahu’alam bissowab.
0 komentar:
Posting Komentar