Rabu, 28 Oktober 2015

trauma (18++) [jejak9]

Trauma [18++}


M
     endengar, melihat dan merasakan ekspresi seorang Istri dari sebuah penolakan hasrat seksual adalah sebuah malapetaka besar buat seorang Swami. Ketika dorongan  dan hasrat     seksual yang datang secara alamiah itu menjadi terhambat, dan diberhentikan mendadak,    dapatkah membayangkan apa yang dirasakan dan mendalami bagaimana perasaan yang dialami  swami saat kejadian itu?

Kejadian tersebut dapat dilustrasikan,  seperti  ketika seseorang yang sedang berkendaraan, dan  sedang asik menikmati laju jalannya kendaraan, tiba-tiba harus berhenti mendadak, disebabkan oleh adanya tarikan kuat agar kendaraan tersebut berhenti. Besar kemungkinan pengemudi kendaraan tersebut menjadi oleng, tidak stabil tentunya. Itu dampak kecil yang ditimbulkan bila saja pengemudi kendaraan tersebut berusaha untuk melakukan stabilitas kendaraanya. Tetapi bila pengemudi kendaraan tersebut tidak bisa melakukan stabilitas kendaraannya, bukan tidak mungkin, ia bisa terjatuh, terperosok, bahkan bisa menyebabkan sebuah kecelakaan fatal yang menyebabkan kematian.

Begitulah ilustrasi sederhana hal yang dialami oleh seorang swami ketika mengalami penolakkan penyaluran hasrat seksualnya terhadap istri. Pertanyaannya,  kemana lagi ia, para swami itu  harus menyalurkan hasrat seksual tersebut?  Bila swami yang lurus-lurus saja, boleh jadi ia akan berusaha sabar, istiqomah dan mengembalikan semua kepada Allah, seraya berdoa dan berpuasa guna dapat mengendalikan hasrat seksualnya. Pertanyaan selanjutnya, berapa lama ia, para swami harus bertahan dan mempertahankan kehidupan rumah tangga seperti itu?

Betapa banyak penyimpangan yang dilakukan oleh seorang swami yang diam-diam dia menyalurkan hasrat seksualnya dijalan yang haram, berzina dengan wanita yang bukan istrinya, entah dengan selingkuhannya, dengan TTM-annya (TTM=Teman Tapi Mesra), bahkan lebih ekstrim kepada pelacur. Dua kondisi itu adalah hal yang kemungkinan besar terjadi pada para swami yang mengalami kekecewaan terhadap istri akan peristiwa penolakan hasrat seksualnya.

Kedua kondisioner yang dialami swami tersebut,  sebenarnya ada dampak psikologis yang mendalam, pasca mengalami penolakan penyaluran hasrat seksualnya itu. Swami pastinya akan mengalami trauma yang tidak kecil. Mulai dari hilangnya kepercayaan diri, hilangnya kepercayaan terhadap istri, takut dan terbayang selalu ekspresi wajah istri saat melakukan penolakan, tak memiliki hasrat seksual terhadap istrinya, hingga tak memiliki kemampuan membangkitkan libidonya.

Hal ini tak diketahui dan dirasakan oleh istri yang melakukan penolakkan ajakan swami dalam menumpahkan hasrat seksualnya dijalan yang halal, karena dia, para istri tak mengalaminya. Trauma yang mendalam itu memiliki efek yang merusak bagi sebuah tatanan kehidupan berkeluarga,  bila terus berjalan dalam jangka rentang waktu yang panjang.

Kondisioner  lain sebagai dampak trauma swami  pasca mengalami penolakan hasrat sekualnya, swami  cenderung labil hidupnya. Kegairahan menjalani kehidupan cenderung apatis, kehilangan semangat untuk melakukan berbagai aktifitas, bahkan menjadi mahluk yang minder dihadapan lelaki lain yang normal dalam kehidupan seksulanya. Hidupnya menjadi suram, masa depannya seperti terkubur, apalagi untuk menanamkan sebuah cita-cita, sangat jauh dari panggang.

Secara fisik, swami yang mengalami taruma seperti itu, [maaf] “penisnya” nampak menyusut, dan kurang sensitif terhadap rangsangan, kemampuan untuk membangiktan hasrat sekualnya menjadi ambigu, disatu sisi ia, para swami frustasi karena gagal menjadi swami yang ideal dalam kehidupan seksualnya, tatapi disisi lain, ia, para swami masih merasa normal, bahwa ia, masih menginginkan kehidupan seksual yang normal tersebut.

Hal lain yang tak terfikirkan adalah, kerapuhan fisik khususnya dibagian persendian. Persendian menjadi lebih mudah rapuh dirasakan oleh swami  yang mengalami traumatik penolakan seksual istri. Mungkin istilah umumnya, dengul kropos, oleh kebanyakkan oram awam disebutnya seperti itu. Karena kelelahan fisik lebih mudah datang, staminanya menjadi menurun drastis, yang disebabkan akibat dampak dari faktor psikologis yang dialaminya itu.
Mungkin  dampak terburuk lainnya yaitu, wajahnya nampak kusam, dan terkesan lebih tua. Penampakan ini bukan tanpa sebab. Swami yang seksualnya normal, akan merasa rilaks ketika hasrat seksualnya sudah tersalurkan, kondisi rilesk inilah yang berputar menjadi seratus delapan puluh derajat, atau berputar berlawanan. Orang yang rileks nampak wajahnya lebih cerah, sumringah dan tampak lebih mudah dari usianya, tetapi sebaliknya, orang yang trauma, ia jauh dari suasana rileks, sehingga terkesan tegang, lusuh, luyu, dan tak bersahabat dengan lingkungannya, maka wajah swami yang mengalami traumatik penolakkan hasrat seksualnya oleh istri, ia akan nampak lebih tua.

Dan terakhir dampak tarumatik yang paling fatal sekali adalah, kecenderungan berputus asa, ingin mengakhiri hidup lebih cepat dan mungkin saja berkeingin untuk bercerai. Karena ketika kehidupan seksualnya seorang swami sudah mati, perasaan semua seolah menjadi terkubur. Jadi untuk apalagi, ia para swami menjalani kehidupan yang seperti, hidup segan mati tak hendak. Kefrustasian yang paling fatal adalah persaan ingin bunuh diri, atau berdoa agar dicepatkan kematian untuknya, agar tak terlalu lama menjadi kehidupan seperti itu. Bila swami tersebut memiliki kemampuan finansial yang sehat, bukan tidak mungkin guguatan cerai akan dilakukannya.

Ternyata begitu panjang, dan banyak dampak yang dialami swami, ketika sebuah hasrat seksual yang normalnya itu terhambat, tertolak, oelh istri. bukan tidak mungkin ada hal lain yang belum terungkap lebih detail dari paparan ini. Semoga menjadi  bahan renungan bagi para wanita yang belum berswami, para pengantin baru dan lama khususnya para istri. Nasihatnya, lakukanlah hal terbaik untuk swaminya.

Dari Thalqu bin Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk berkumpul hendaknya wanita itu mendatanginya sekalipun dia berada di dapur.” (HR. Tirmidzi: 4/387; dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 2/199)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak halal bagi wanita untuk berpuasa (sunnah) sedangkan suaminya berada di rumah, kecuali dengan izinnya.” (HR. Bukhari: 16/199)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu istri enggan sehingga suami marah pada malam harinya, malaikat melaknat sang istri sampai waktu subuh.” (HR. Bukhari: 11/14)

Minggu, 25 Oktober 2015

Safety first-BARBAR VS BARBIE-Mohamad Rowi

BARBAR VS BARBIE

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’ #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Hoda Motor dan Nulisbuku.com

Matanya nanar, mulutnya sedikit dimonyong-moyongkan, dan dengan wajah masam Parjo mengerutu sendiri, setiap kali melintas di trafic light. Sesekali emosinya membuncah terhadap para pengendara yang menyerobot garis zebra cross. Sarana yang sedianya digunakan untuk para penyeberang jalan itu nyaris tak terlihat garis-garisnya, karena tertutup rapat oleh para pengendara.

“Barbar !!!  Dasar wong gemblung!!! Ora bisa tertib….” Sambil menyeberang jalan, celotehnya dilemparkan kepada para pengendara yang mengabaikan tanpa mengedepankan adab berkendaraan dan tata tertib berlalulintas.

Pemandangan ini menjadi hiasan mata yang tak sedap dan tak diinginkan bagi Parjo yang sehari-harinya  menggunakan moda transportasi communter line, selanjutnya berjalan kaki dari stasiun dengan menyeberangi beberapa zebra cross untuk mengapai  tempat kerjanya. Parjo tidak bernasib sendiri,  hampir setiap pejalan kaki yang ingin menyeberangi melalui zebra cross, selalu senasib dengannya.

Lain ceritanya dengan Susi, yang setiap hari mengendarai Motor Matic, pergi dan pulang ketempat kerjanya,  kendaraan itu menjadi teman hidup dalam keselamatan dijalan. Susi dan Parjo adalah dua insan berbeda dalam menggunakan moda transportasi, tapi satu tujuan dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, mereka berada dalam satu atap diperusahaan BUMN  tempat mereka bekerja.

Sebagai kuli pemerintah yang telah mengabdi puluhan tahun mereka tak bosan-bosannya menyoal masalah kesemerawutan kendaraan dijalan. Meski bukan kapasitas mereka mengupas permasalahan dijalan yang semakin hari semakin kusut. Tetapi karena kepedulian mereka terhadap keselamatan bagi semua pengendara itu yang mendorong mereka sering sharing sesama teman sekerja, membicarakan permasalahan lalulintas, layaknya seorang ahli transportasi jebolan perguruan tinggi keren.

“Sus enaknya tuh di apakan yah, kalo pengendara menutup zebra cross…? Mereka seenaknya sendiri,  berhenti di garis zebra cross, itukan mengganggu dan merampas hak pengguna jalan, khusunya para pejalan kaki…seperti aku….” Parjo memulai pembicaraannya dengan Susi di pagi hari saat  meja kerja mereka belum terisi dengan tumpukkan lembar kerja.

“Kalo aku jadi Polisi Mas… Sudah aku tilangin semua, ngga peduli mau ada program operasi zebra ataupun tidak… pokoke kaga ada ampun buat mereka…”  Susi bersemangat menimpali celoteh Parjo yang memancing semangat pagi itu.

“Lah…Sampean  sendiri kalo pas berada di trafic light, berhentinya dimana…?” Parjo menyentil dengan celotean konyol.

“Mas…Aku sadar diri, aku ini kan wanita cantik seperti Barbie, masa sih orang secantik Aku mau berhenti ditempat yang mengganggu pengguna jalan yang lain…”Sahut Susi sambil memuji diri.

Owh…. Sampean cantik kaya Barbie toh…”

“Ya..iya..lah…Barbie itu punya adab Mas, kalo Mereka itu Barbar, alias pengendara yang engga punya adab…”

“Harusnya tuh para pengendara Barbar itu ditilang lalu diberi pengarahan yang jelas akan keselamatan berkendaraan, Polisi punya tanggungjawab terhadap tugasnya, yang ngga Cuma mengatur lalulintas, tapi lebih dari itu, menyadarkan para pengendara Barbar itu Mas…”
“Masalahnya pelaku pelanggaran alias pengendara Barbar itu jumlahnya tidak sedikit loh jeung…”

Belum usai pembicaraan mereka yang mulai memanas, setumpuk agenda kerja sudah datang dari rekan kerja yang lain, sehingga pembicaran hangat tersebut terputus.

“Oke deh Mas…nanti kita sambung lagi…kerjaanku numpuk banget hari ini…” Tutup Susi menyudahi pembicaraannya.

“Ok!! Barbie…inget yah, tertib dijalan biasanya juga tertib dalam bekerja…”Parjo menyambangi dengan tantangan melalui candanya.

“Oh iya… dong Mas…Barbie selalu tertib berkendaraan dan tertib dalam bekerja, amit-amit deh jadi pegawai Barbar…” Sahut Susi kembali.

Lingkungan kerja mereka nampak kondusif, rukun, kompak dan bersahaja dalam bekerja. Warna dilingkungan kerjanya tidak sedikit terinfluensi oleh tingkah laku mereka yang biasa tertib dijalan. Kebiasaan baik tertib dijalan ini tercermin pada pola kerjanya. Nampaknya perilaku Barbie dan Barbar dijalan berbanding lurus dengan perilaku di dunia kerjanya, sebuah alternatif pilihan hidup yang bijak telah mereka ajarkan bagaimana dalam memilih kehidupan yang terbaik.

––––•(-••-)•––––

Malam ini Parjo mengajak Istrinya menyatap bubur ayam yang berada tak jauh dari rumahnya. Bubur ayam yang hanya dijual  pada malam hari ini sangat ramai pengunjungnya. Banyaknya penikmat bubur ayam malam ini  membuat tak sedikit pelanggan tak kebagian tempat duduk untuk mengantri menikmati menu sajiannya ditempat, hingga akhirnya seringkali harus membungkusnya.

Tapi malam ini Parjo dan Istrinya sedang beruntung, mereka  mendapat bagian tempat duduk,  kursi kayu panjang khas tempat duduk sederhananya, bak kursi parlemen yang diperebutkan banyak orang.

Kini dihadapannya sudah tersaji lengkap dan mereka siap menyantap bubur ayam yang dipesannya. Duduk didepannya tiga orang pria berperawakan tegap, satu dari Mereka menggunakan tongkat penyanggah, untuk kakinya yang terlihat cacat.

Parjo dan Istrinya sangat menikmati bubur ayam malam kesukaannya, ditengah asiknya menyantap bubur ayam, terdengar  pembicaraan santai ketiga pria tegap tersebut yang  hinggap ditelinga Parjo.

“ Aku telah bersumpah untuk dirinku sendiri, tidak akan lagi menilang pengendara…” Salah satu pria tegap yang memegang tongkat penyanggah itu berkata.

“Kenapa toh Dan….” Tanya pria temannya.

“Semenjak Aku disumpahi oleh pengendara yang Aku tilang, Aku seperti kena tuahnya. Uang yang saat itu Aku dapat sebesar lima belas ribu rupiah, telah menjadi seratus lima puluh juta rupiah untuk berobat atas penyakitku…” Pria itu mencoba menarik perhatian kepada kedua rekannya dengan nada serius,  Dia menceritakan segala hal ikhwal musibah hingga ia menderita cacat seperti  itu.

Parjo yang tadinya santai menikmati bubur ayamnya, tiba-tiba tersendak hingga batuk. Sontak istrinya kaget, dan membersihkan makanan yang tersembur keluar. Bukan tanpa sebab Parjo menyemburkan makanannya, tetapi karena terlalu serius mendengarkan obrolan ketiga pria tersebut.
Setelah selesai menikmati bubur ayam malam Parjo bergegas pulang, Dia nampaknya sudah tak sabar untuk sampai dirumah. Parjo ingin menjelaskan kepada Istrinya kenapa Dia bisa tersendak dan menyemburkan makanannya.

“Bun…Aku tersendak saat makan bubur tadi bukan tanpa sebab…tapi Aku terlalu dalam mendengar cerita orang itu, Aku menduga mereka adalah Polisi…” Parjo membuka pembicaraan kepada istrinya.

“Emang Kamu kenal Mereka….dan apa hubungannya Kamu dengan Mereka…sampai Kamu tersendak..” Tanya Istrinya penuh rasa penasaran.


“ Aku tak kenal Mereka…tapi tadi ditempat kerjaku, Aku baru saja membahas bersama temanku tentang  masalah perilaku Polisi yang turut andil dalam menciptakan kesemerawutan berlalu lintas dijalan…”

Parjo mengulas dan menceritakan panjang lebar pembicaraan dengan rekan kerjanya. Dengan detail Ia menjabarkan gagasannya membangun sebuah konsep tertib berlalulintas, meski kapasitas dirinya bukanlah orang yang berkompetensi dalam melakukan perubahan tersebut. Dia berpendapat bahwa komplesikfitas masalah berlalu lintas semua yang ada didalamnya, baik pengendara maupun Polisi selaku penegak hukum, semua memegang kendali dan andil terhadap terciptanya ketertiban dan sekaligus kesemerawutan berlalulintas.

Perilaku oknum Polisi yang terkesan arogan juga memberi kontribusi yang tidak kecil, dalam memicu protes diri terhadap pelanggaran berlalu lintas, bahkan sumpah serapah seperti menjelma menjadi hukum karma bagi pelanggarnya pun menjadi sebuah keniscayaan. Parjo malam itu begitu bersemangat  berorasi bak seorang dosen meski hanya didepan satu mahasiswi kesanyangannya.

“Bila sudah begini…bagaimana dan darimana kita memulai menciptakan ketertiban berlalulintas bun….?” Tanya Parjo memancing intelejensia Istrinya.

“Benar seperti kamu jelaskan tadi, semua bisa bila dimulai, dari diri sendiri….”

“Benar sekali kamu Bun….tanpa ada kemauan diri dan datang dari kesadaran diri sendiri, tak akan pernah tercipta ketertiban berlalulintas….”

Sudah terlalu banyak korban berjatuhan sebagai dampak dari ketidak disiplinan dalam berkendaraan, bukan saja dari pengendara bermotor saja, tetapi juga para pejalan kaki pengguna  jalan raya tersebut pun sering kali menjadi korban dari kelalaian dan ketidak disiplian para pengendara, belum lagi dari pihak kepolisian yang juga sering  menjadi korban kekerasan dan kelalaian pengendara.

Kesadaran yang terbangun dari diri untuk mau mentaati setiap peraturan berlalulintas adalah modal pertama untuk terciptanya ketertiban berlalulintas, selanjutnya penegakkan hukum dari aparatur penegak hukum, dimana Polisi adalah ornamen pertama dalam penegakan huklum tersebut, haruslah berangat dari diri individu masing-masing juga, guna menghindari dari perilaku arogan dan lupa hak dan kewajibanhya menegakkan hukum, sehingga tidak memicu terjadinya pembangkangan sosial yang dilakukan pelanggar tertib lalulintas, dengan cara sengaja mengekspresikan diri melanggar peraturan tersebut yang pada akhirnya juga mencelakaan banyak pihak.

Parjo menutup pembicaraan seriusnya bersama  Istri tercinta itu dengan keseriusan dan tekad yang kuat bahwa dari mereka bisa merubah segalanya, semoga tercipta Parjo dan Istrinya serta Susi yang lain dalam menciptakan ketertiban dijalan dan dalam berlaulintas. Diakhir pembicaraan Parjo menutup sebuah joke kepada Istrinya.

“Aku jadi teringat Susi membuat selembar kertas bertulisan, ‘BABAR VS BARBIE’ yang ditempelkan di filing kabinbentnya…”

“Untuk apa itu Mas…”

“Dia berkampanye tertib berlalulintas dikantornya…”

“Kenapa ngga dijalan raya aja, biar para pengendara dan Polisi tahu kampanyenya…”

“Aku sudah bilang pada dia…Kalo aja ada kontes Miss Tertib Lalulintas, saya akan usulkan Dia menjadi salah satu kandidatnya…”

Tawa renyah keduanya membelah malam yang semaking pekat, sebuah kesepakatan telah terbangun dari keluarga kecil nan sederhana menuangkan sebuah gagasan tertib berlalulintas, meski mereka bukan decision maker dan tak berkompetensi didalmnya, namun kontribusi mereka sangatlah besar sekali, dan mengisnpirasi banyak orang.





# pohon kebaikan [jejak 8]

POHON KEBAIKAN

B
ila kita mengamati orang-orang disekeliling kita yang telah lanjut usia. Di Usia lanjut tersebut, seringkali pelakunya baik pria maupun wanita, mengalami kebimbingan dalam menapaki kehidupan. Citra stereotipe begitu melekat, mulai dari sebutan. Sudah tua, tak pantas bekerja kembali. Sudah tua apa yang mau dicari. Sudah tua lebih baik duduk manis bersama cucu dst. Bila sudah seperti ini. Kepala kita pun tiba-tiba jadi gatal dan digaruk tanpa sebab. Lalu apa hubungannya dengan kita yang masih muda, dan apa yang harus disikapi dari kejadian alamiah tersebut. Bukankah tua itu sebuah keniscayaan.

Bila saja kita tak peduli dengan memberi sedikit waktu untuk mereka, maka tak ada yang perlu direpotkan, namun sebaliknya bila kita mau share untuk memberikan curahan pemikiran buat mereka para kaum tua, tentu akan lebih postif, bukankan kita juga pasti akan mengalaminya kelak, tentu akan sangat lebih positif lagi bila luangan waktu untuk memikiran ini dapat menjadi sebuah preparasi untuk menghadapi hari tua kelak.

Dalam hal ini saya mencoba merayu bahwa, kita tak bisa mengabaikan tanpa mengambil tindakan dengan mensikapinya secara positif, karena  bukan tidak mungkin berakibat fatalistik dalam menjalani kehidupannya, bila pola pemikiran kita yang tak mempedulikan kaum tua didengar dan diterima ditelinga mereka.

Dalam membangun budaya berfikir positif, maka kerangka yang menjadi anti klimaks yang cenderung negatif haruslah disingkirkan bila perlu dibuang jauh-jauh.  Guna membuang dan membangun citra stereotipe menjadi citra produktif perlu adanya wawasan untuk meyakinkan itu. Disinilah urgensinya berfikir dan share memikiran pola yang bagaimana agar diusia lanjut tetap optimis, produktif, kreatif dan inovatif, penuh semangat dan bahagia tanpa harus garuk kepala.

Ada sebuah kisah menarik ketika mengamati seorang petani yang sudah tua, yang sedang menanam pohon durian. Bila saja  kita bertanya pada seorang petani tua yang bercocok tanam buah durian tersebut. Untuk apa menanam buah durian diusia yang sudah tua renta ? Bukankah buah durian itu membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dapat berbuah ? Maka Kita akan mendapatkan jawaban yang menakjubkan. Biasanya petani itu akan menjawab secara sepontan, tanpa harus memikirkan lagi di usia berapa ia kini sedang menanam pohon durian. Boleh jadi Petani itu akan menjawab, bukankan durian  yang kita makan ini, ditanam oleh pendahulu kita yang mungkin orangnya sudah jadi tulang belulang.

Sebuah jawaban yang sangat singkat padat namun sarat akan makna. Inilah Sebuah ilustrasi yang sangat sederhana dan bermakna dalam. Sebuah pembelajaran dari seorang petani tua yang bercocok tanam buah durian. 

Bila kita perhatikan kembali lebih dalam filosofi petani tersebut dalam menanam pohon durian dapat digali sebuah Prinsip hidup layaknya seorang petani. Sejatinya seperti itulah, hendaknya kita tanam dalam menanam pohon kebaikan. Jangan pernah berfikir kita akan menikmati buah pohon kebaikan kita sendiri, tapi fikirkanlah bahwa, kita bisa menikmati buah kebaikan saat ini adalah berasal  pohon kebaikan yang ditanam oleh pendahulu kita yang kini telah berbuah meski beliau telah mendahului kita semua.

Dalam filosofi petani itu banyak prinsip kerja yang patut jadi panutan, pertama adalah, ketika hendak menanam pohon, sang petani biasanya merapikan seluruh arean tanah bercocok tanam. Dihindari segala bentuk tanaman liar yang akan tumbuh disekitar pekarangan atau kebunnya. Begitu pun dalam hal menanam pohon kebaikan, hendaklah dipersiapkan niat yang benar, terhindar dari niatan yang bercabang yang bisa mengugurkan kebaikan tersebut.

Setelah tanah steril dari bentuk tanaman liar, petani itu mulai menuai benih pohon buah pilihan yang terbaik yang hendak ditanam. Begitu pula kita yang hendak menanam pohon kebaikan, setelah niat dibersihkan dari unsur, ria, pamer, ujub, sum’ah dsj, maka mulailah menanam benih kebaikkan itu. Sebuah benih kebaikan yang terbaik, mulai dari ucapan yang baik, senyum yang ramah, bicara tanpa dusta, dan selalu menghormati dan menghargai setiap orang, berjalan dengan santun dan segala lingkup kehidupan selalu diawali dengan segala kebaikan kepada segenap manusia. Karena menuai pohon kebaikan bila diawali dengan yang baik dan halal maka akan berkembang menjadi pohon kebaikan.

Setelah penatani menuai benih, ia akan bersabar menunggu benihnya itu menampakan kuncup, cikal bakal pohon, setiap hari dirawatnya kuncup bakal pohon tersebut, disirami dan tak lupa diberi pupuk serta pestisida anti hama, agar kuncup itu menjadi pohon yang kokoh, dan tidak mati sebelum berbuah.

Pohon kebaikkan pun demikian, benih awal kebaikkan yang telah ditebar, maka harus dirawatnya dengan keikhlasan, dan keistiqomahan yang intens, jangan sampai terpeleset dari niat semula menanam pohon kebaikan. Sabar, setia dan penuh kejelian melihat segala tindak tanduknya, bila saja menyimpang apalagi terusak oleh faktor luar seperti godaan setan dari golongan manusia dan jin. Istiqomh selalu menanti pohon kebaikan itu tumbuh menjadi pohon, dan tidak membiarkan virus-virus maksiat itu sedikit demi sedikit mengerogoti pohon kebaikan yang dapat mematikan sebelum pohon kebaikan tersebut sebelum  berbuah.

Ketika kuncup itu menjadi pohon, sang petani juga dengan telitih merawat dengan menyiraminya, memberi pupuk, mencabut segala jenis benalu yang ada dipohon tersebut, bahkan pohon itu dipagari agar terhindar dari gangguan tangan-tangan iseng manusia juga binatang liar liar lainnya yang bisa merusak pohon tersebut.

Begitupun pohon kebaikan yang telah tumbuh disanubari kita, hendaknya terjaga dari gangguan-gangguan  yang dapat membelokkan dan mematikan pohon kebaikan yang sedang tumbuh. Gangguan tersebut bisa datang dari dalam diri maupun dari luar. Biasanya ujian berupa gosip/gibah, fitnah, makian dan umpatan lainnya yang dapat membunuh karakter, haruslah di kembalikan kepada asas dasar dalam menjaga pohon kebaikan tersebut.

Setelah cukup umur dan tiba musimnya, maka pohon itu akan berbuah. Maka jadilah petani itu merawat dan manjaga pohon yang baik. Meski boleh jadi petani itu tidak menikmati buahnya karena telah dipanggil Allah kebih dahulu, namun bekas perbuatannya tidaklah sia-sia. Orang akan mengenang kebaikan yang dia nikmati dari petani pohon tersebut, maka dengan sendirinya mengalir perkataan-perkataan yang baik baik untuk sang petani pohon tersebut. Allah mengabadikan perkataan-perkatan baik itu diumpamakan seperti pohon seperti dalam firmannya, di surat Ibrahim (14) : 24-26.

14:24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
14:25. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
14:26. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.

Ketika pohon kebaikan itu telah berbuah, maka kita akan menikmati kebaikan-kebaikan yang terus menglir dari kalimat mereka yang sedang menikmati buah pohon kebaikan yang telah kita tanam, dan inilah panen raya, dimana kita bisa menuai buah kebaikan itu yang kelak akan mengalir terus sebagi sedekah jariah.

Jangan tunda lagi untuk selalu memberi support pada para kaum tua, bahwa berbuat dengan menanam kebaikan apa saja, kelak akan menikmati hasilnya, meskipun tidak secara langsung kita menikmati buah yang sudah dituai oleh banyak orang dalam berbuat kebajikan. Bila saja prinsip petani pohon duren ini menjadi sebuah pemahaman dan dapat dijalankan, tentu kaum tua tak lagi takut menjalani hari tuannya, tetap optimis.




# ujian kenikmatan [jejak 7]

UJIAN KENIKMATAN

K
etika terbiasa hidup serba dalam kekurangan material, menjalani kehidupan itu sepertinya enteng-enteng saja. Sepertinya semua telah menjadi maklum adanya. Begitupun nuansa ruhiyah dalam mensikapi keimanan. Nampaknya berbanding lurus dengan ujian material ini, artinya sama dan tak berbeda apa yang dirasa dan dialaminya. Ruhiyah yang miskin seolah menjadi santapan kehidupan yang menjadi maklum adanya, nuansa permisif menjadi hal yang lumrah. Tapi benarkah hal itu semua, dan harus dipertahankan ketika Allah memberikan sedikit kelebihan sesudahnya akan kenikmatan kehidupan ruhiyah,  nuansa permisif masih harus dipertahankan.

Disinilah benang merah sebuah perubahan yang harusnya lebih cermat untuk disikapi. Kebiasaan hidup dengan segala permisif bukanlah hal yang harus terus dipertahankan. Saatnya harus diubah maindset tersebut menjadi kehidupan yang lebih progresif dalam menjalani kehidupan ruhiyah, sebagai perimbangan akan nikmat Allah yang telah bertambah.

Kelalaian akan mensikapi penambahan yang telah Allah berikan ini akan menjadi bumerang dan sekali gus menjadi alat aborsi do’a sebagaimana yang selalu dan sering diminta agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Idealnya keberanian pengambilan sikap akan perubahan yang telah terjadi didalam diri adalah prioritas utama dalam menjalani hidup selanjutnya. Tidak ada lagi pembenar akan permisifitas kehidupan sebelumnya untuk terus dipertahankan.

Sikap primitif permisifitas tersebut adalah barang kuno yang harus dibuang jauh-jauh dari kehidupan yang modern saat ini. Alur hidup sekarang telah mengajakanya pada sebuah keterbukaan yang lebih luas dengan dengan cakrawala yang telah dibekali Allah. Haruslah disikapi dengan perimbangan yang sepadan.

Kegagalan kehidupan dalam perimbangan inilah yang sering menjadi momok pahit dalam kehidupan, kegagalan beruntun seolah tak berujung, menjadi mimpi buruk disiang hari, yang seharusnya bergerak lebih cepat dan dinamis tapi masih jalan ditempat mengurusi hal-hal yang tak seharusnya dipertahankan.

Allah maha bijak dan maha sayang terhadap hambanya yang benar-benar tulus menginginkan sebuah perubahan besar. Tak ada yang dapat memberi sesuatu yang telah Allah tahan, dan tak ada yang dapat menahan sesuatu apa Allah beri, DIA berkehendak memberikan sesuatu pada hamba yang dikendakinya. Tapi ingat pemberian yang dikehendaki itu tidaklah sembarang ia berikan, ada sebuah proses panjang yang menajdi para meter kepantasan pemberian itu DIA berikan.

Bermimpi berjumpa dengan Rosulullah adalah impian setiap manusia, setiap manusia berharap bisa melihat Rosulnya. Beruntung bagi mereka yang telah hidup dizamannya, tapi bagi yang hidup dizaman sekarang sebuah keniscayaan bila dan hal mustahil bila bisa berjumpa dengannya.

Melalui sarana mimpi itu Allah menjembataninya, dan diperkuat oleh dalil hadis yang membenarkannya akan mimpi berjumpa dengan Rosulullah. Maka sebuah karunia yang teramat besar bila diberi kenikmatan berkesempatan berjumpa dengan Rosulullah meski hanya dalam mimpi.

Kembali kepada pimikiran semua diatas, kini yang harus disiapkan adalah sikap perubahan mental dan fisik dalam mensikapi perubahan tersebut, sebuah perubahan nikmat Allah  yang besar, yang tidak semua orang diberi kenikmatan besar itu.

Kini saatnya menjaga nikmat besar tersebut dengan kesyukuran yang teramat tinggi, agar terus bertambah nikmat tersebut, dengan cara mensikapinya secara benar dan postif dengan dasar keilmuan, dan keimanan serta mengikuti Rosul (Itiba).

Ketika perubahan sikap itu terjadi, maka lihat saja ada keajaiban besar lagi yang akan  terus mengiringinya sesudah kesyukuran itu diekspresikan dengan benar. Akhirnya haya berserah diri dan istiqomah saja dengan penuh sikap optimistik, menjadi kehidipan baru yang lebih mampan itu akan terlaksana, Bismillah dengan namamu ya Allah kehidupan baru ini dimulai sekrang.


Kamis, 22 Oktober 2015

KEHENDAK BEBAS



Sore disebuah café mini unik  nan apik, dengan dekor tata ruangnya yang ciamik, ditambah lagi dengan dilengkapi alunan musik pop jawa. Café ini cepat mencuri kesan menyenangkan diriku. Café yang hanya menyajikan makanan khas bakso malang ini memang layak untuk diacungkan jempol, karena semenjak aku datang, duduk hingga pesan menu, pengunjung nampak  tiada henti  terus berdatangan silih berganti. 

Asik menikmati alunan lagu pop  jawa yang tak mengerti artinya sambil menikmati semangkuk bakso malang, mataku liar menyorot setiap sudut cafe. Duduk dedepan meja makanku sepasang kekasih, pria dewasa dan seorang wanita muda berparas remaja.
“Mau seluas apa hubungan ini….” Kupingku langsung saja menyambar celetukan  seorang pria tampan, kepada wanita didekatnya.

“Gue mau seperti XL, luas jangkauannya dan jaringannya…ha ha ha ha ha….” Jawab wanita itu dengan menampakkan behel giginya yang rapih, sambil mencubit genit tangan sang pria.

Mulanya aku acuh saja terhadap percakapan mereka, tapi lama kelaman kuping jadi gatal juga mendengar percakapan mereka berdua. Mungkin aura gosip sudah mencangkok fikiranku, sehingga telingaku kini seolah terpasang dan diarahkan pada frekwensi amplitudo suara pasangan itu saja. Karena hampir seluruh pembicaraan mereka terekam dengan jelas ditelingaku.

Aku mulai resah, ketika sang cowok mengajukan pertanyaan, “…bagaimana kalau istriku tahu?” Aku tercengang, otakku kananku langsung mengambil sebuah konklusi, kalau mereka adalah pasangan selingkuh. Tapi otak kiriku juga menyanggah, seolah berbisik, menasihati aku, jangan berperasangka buruk dulu, siapa tahu wanita itu calon istri kedua. “Glek!!!”  potongan bakso belom sempat dikunyah tertelan. Sial banget aku, berdebat sendiri, sampe keselag bakso.

Kini  sengaja aku memperlambat irama makanku, aku pengin tahu langkah selanjutnya pasangan itu setelah makan. Benar saja makanan mereka belum habis sepenuhnya sudah ditinggalkan. Tak lama merekapun keluar café menuju mobil Honda Brio hitam, keduanya tanpak kenyang dan puas. Jalan yang hanya berjarak tak lebih dari lima  meter dari café kemobil, dibuat seolah berjarak lima kilo meter, tampak tangan sang wanita dipegang erat, sepertinya tak mau dilepas, mungkin takut terluka apalagi kalau-kalau dia jatuh.

Mataku terus fokus pada kedua insan yang sedang mabuk asmara, bak cctv yang di remote untuk terus memantau kedua pasangan tersebut . Dan benar juga firasatku yang mengatakan  kalau-kalau mereka hendak ciuman didalam mobilnya. Pemandangan itu terekam jelas dimataku, adegan yang sepantasnya dilakukan oleh pasangan sah, dilakukan tanpa memperdulikan ada aku yang sedang memantaunya.

Aku menyerumput es campur garut sambil menerawang arah, kemana lagi mereka berdua yang sedang dimabuk cinta. Tapi untuk apa pula diikuti terus, dan apa pentingnya. Lagi-lagi batinku mengalami perdebatan. Takut terulang keselag lagi, aku sudahi debat batinku dan langsung meninggalkan café menuju musholah untuk sholat magrib berjemaah.

Usai sholat batinku bergejolak kembali, tapi kali ini aku bisa menepisnya, dan aku arahkan berfikir dan menganalisa secara normatif. logikaku mulai normal menanyakan sejuta pertanyaan. Apa yang dirasa pria tersebut saat dia mencium wanitanya, apakah ia teringat istrinya, atau teringatkah anaknya bila ia sudah memiiliki anak. Atau apakah dia masih bisa mengingat Allah.

Aku pernah bertanya pada kawanku yang sering menggunakan jasa PSK. Katanya, bila seorang sedang bermain dengan selain istrinya, dia masih bisa mengingat istrinya, tapi karena syahwatnya lebih dominan, akhirnya dia abaikan suara hati kecilnya itu.

Sejuta satu pembenaran mungkin akan terlontar dari setiap orang yang melakukan maksiat, dalam berapologi atas perbuatannya. Yang menjadi permasalahan adalah sinyal berupa alaram tubuh yang datang dari suara hati terdalamnya itu, sudah mengingatkan kesalahannya dan mengajak pada kebenaran. Lagi-lagi kontrol iman yang lemah itu penyebab utama dia berani mengabaikannya.

Betapa sempurnnya Allah SWT menciptakan hati sebagai alaram yang memberi sinyal pada setiap jiwa untuk menuntun dalam mengambil sikap yang benar. Namun karena kehendak bebas yang juga sengaja Allah berikan pada setiap manusia, maka siapapun berkehendak atas keputusan yang telah diambilnya sendiri. 

Terlapas dari itu semua, aku fikir logika mereka juga sudah berkata dan siap akan pertanggungjawabannya kelak. sehingga sangat logis sekali bila Al Quran  mengingatkan lebih dahulu sebelum alaram tubuh, dimana hati menyuarakan kata hatinya yang murni sebagimana dalam firmannya “75:36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”






Rabu, 21 Oktober 2015

AKU TEMANI HINGGA SEMBUH


D
isebuah kamar berukuran tiga kali dua meter persegi, berdinding setengah tembok, setengah triplek. Didalamnya ada sosok wanita tua yang tak berdaya, terbaring pasrah, sambil mulutnya terus melantunkan lafaz dzikir, sesekali ia  meratapi rasa sakit yang teramat sangat. Dia adalah Ibuku yang sedang terbaring sakit.

Sudah satu tahun lebih kamar yang  pengap dan jauh dari hygine itu ia diami. Sirkulasi udara yang tak mengalir pun sering membawa aroma tak sedap diruang kamarnya, tercium menyengat saat udara membawanya melintas dihidung. Bau aroma tak sedap itu, bersumber dari koreng  dikakinya yang sudah membusuk, dan megerogoti terus kakiknya..

Ibuku hanya terbaring tak berdaya untuk keluar kamar sekali pun, karena koreng yang membusuk dan terjadi pembengkakan di kakinya, menyebabkan ia tak mampu berjalan. Untuk beribadah sehari-harinya, ia selalu melakukan tayamum. Sedang untuk keperluan MCK ia dengan sangat terpaksa menahan sakit yang tak terkira itu,  ia harus lakukan berjalan dengan dibantu kursi plastik sebagai penyanggahnya, kecuali secara kebetulan ada anggota keluargaku  yang mengetahui, sehingga ia dapat dibopohnya.

Bila dihayati penderitaannya, itu bukalah  penderitaan biasa. Jika saja aku yang mengalaminya, rasanya tak sanggup, kata hati kecilku berdegup, seraya berdoa agar tidak diuji seperti itu. Ibuku adalah wanita yang perkasa dan sangat sabar. Meski susah payah ia menjalani hidupnya,  tapi  tak ada air mata yang mengalir di pipinya, meski sesekali terlihat ia meringgis dan merintih menahan rasa sakitnya, namun tetap saja  senyum manis dari bibir keriputnya masih terlihat jelas, dan masih menebarkan keceriaan dan optimisme hidup.

Batinku terpukul menyaksikan adegan itu. Terlepas dari ketidak mampuanku membantu membiayai pengobatan medik itu, aku terus berupaya mencari jalan keluar agar lukanya cepat sembuh. Akhirnya aku menemukan sebuah solusi pengobatan alternatif, yaitu  metoda Quranic Healing, hingga akhirnya sakit yang berkepanjangan itu berangsur  sembuh. 

Setelah didalami ternyata, pengobatan melalui Al Quran ini bukan alternatif ketidak berdayaan dalam berobat secara medik,  tetapi Quranic Healing itu merupakan solusi pengobatan pertama sebelum melakukan pengobatan medik. Demikian pemahamanku yang terkini, akan pendalaman pemaham metoda Quranic Healing.

Perlahan namun pasti, terapi itu dilakukan, dan kini koreng Ibu ku mulai menampakkan sebuah perubahan yang sangat signifikan. Bau yang keluar dari koreng itu kini sudah hilang 100%, perambatan koreng yang terus mengerogoti tubuhnya, sepertinya sudah  berhenti total, kini  hanya tinggal sedikit saja bengkak yang masih tersisa di korengnya.

Dengan pengucapkan puji syukur kehadiran Allah SWT, aku merasa semakin diberi keyakinan akan kebenaran mukjizat Al Quran yang berfungsi sebagai As Syifa. Tak terhingga pula rasa yang dialami Ibuku , ia terharu melihat perubahan fisik yang terjadi, yang semakin hari semakin membaik.


Dampak lain yang aku alami selain memberi keyakinanku akan keajaiban Al Quran tersebut, keimananku semakin bertambah, sifat wara’ ku pun semakin meningkat, muroqobah ku pun terus menunjukkan grafik meningkat juga. Subhanallah Aku bersyukur pada mu Ya Rabb, sungguh aku berazam untuk menemani Ibuku hingga lukanya sembuh total. I LOVE YOU MOM…

Selasa, 20 Oktober 2015

THE POWER OF ILAHIYAH


S
udah menjadi hal yang biasa, dan mudah untuk memberi nasihat pada orang lain disaat kondisi diri sedang stabil, tak memiliki permasalahan. Sama halnya juga ketika menasihati diri sendiri dikala kondisi diri sedang mood, atau tak memilki beban apapun bahkan pada masalah yang terkecil sekali. Namun akan berbeda bila kondisi sedang berada dalam sebuah masalah, mungkin lebih tepatnya sedang diuji oleh Allah. Tentu memberi nasihat apalagi menasihat diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik, bukanlah perkara mudah.

Misalkan, ketika seseorang sedang mengalami kesulitan ekonomi tingkat stadium empat, artinya kritis sekali, dimana parameternya adalah, untuk makan hari ini saja tidak ada. Mungkinkan seseorang tersebut dapat stabil dan bijak mengambil sebuah sikap positif, bahkan mampu memberikan nasihat kepada orang lain. Menarik untuk diulas  melalui tulisan ini.

Dalam pandangan umum,  terkadang memang seperti kehabis akal untuk memikirkannya, karena  sepertinya sudah  diarahkan dan terbiasa pada pemikiran sempit. Dalam hal ini, bukan memikirkan orang tersebut makan dari mana, atau makan apa, tetapi diarahkan agar terfikir bagaimana orang tersebut dapat memikirkan orang lain sedang dirinya sedang dalam kecamuk pemikiran orang lain. Inilah mungkin sebuah animo umum yang biasa terjadi dikalangan umum pula. Seolah orang yang sedang bermasalah (diuji) dilarang berasumsi, sekalipun pada diri sendiri. Orang jawa bilang, ‘pamali’.

Ternyata kondisi tersebut bisa dikondisikan agar setiap orang yang memiliki kemampuan super tersebut, meski melawan arus kesannya dan sangat paradoks.  Pengkondisinan diri untuk dapat selalu eksis, tegar, perkasa, pantang menyerah, anti galau, anti murung durjana, dan sejenisnya bukanlah perkara sulit. Satu hal yang terpenting  untuk dapat mengaktualisasikan eksistensi tersebut adalah dengan mengkedepankan sebuah keyakinan, kepercayaan diri tinggi berbasis keimanan yang kokoh. Hanya dengan cara tersebut, dengan izinNYA pula segala permasalahan hidup dapat teratasi, singkat kata itu adalah ‘The power of Ilahiyah’.

Perkara makan apa hari ini, apakah anak-anak dapat makan, atau mau sampai kapan menahan lapar, bukanlah pangkal pokok masalah. Ketika keyakinan pada Allah yang maha kaya dan yang maha pemberi rejeki telah masuk didalam jiwa, maka sebuah motivasi yang diluar dugaan itu akan keluar dari diri orang yang telah sepenuhnya menaruh keyakinan tersebut.

Ada sebuah kisah dari seorang pedang kecil  yang menuliskan kata motivasi didalam gerobaknya, dia menulis,”Bagaimana saya miskin, sedang Tuhan saya Maha Kaya”. Nampaknya biasa saja, jargon kalimat tersebut, tapi coba hayati kembali kalimat tersebut. Itu bukan kalimat biasa, yang mudah diimplematasikan, tetapi itu adalah kalimat tauhid yang syarat akan keyakinan tingkat tinggi.

Jargon motivasi itulah sebuah solusi sekaligus menyentil telinga orang yang sering galau acak-acakan. Kalimat sederhana tersebut, sebenarnya ada muatan dakwah atau ajakan untuk menyadarkan kita semua, bahwa jangan pernah takut miskin, jangan pernah takut kelaparan, atau pun takut kehilangan. Segalanya tak akan pernah terwujud, selama kepala ini tegak keatas mengharap pertolongan Allah. Niscaya Allah tak akan diam, DIA akan melakukan tindakan diluar pemikiran kita, dan DIA melakukan tindakan dengan caranya sendiri menyelamatan hambanya yang telah menjual keimannnya tersebut, selanjutnya Allah akan membelinya dengan harga tinggi.

Akhirnya kita hanya berkata Subhanallah, maha suci Allah. Didunia ini selalu ada cara mengukuhkan keimanan diri agar tetap terkristal, dan sungguh sangat diluar dugaan bahwa nasihat yang terbaik itu terkadang seperti tak terduga datangnya, ternyata nasihat itu bukan datang dari kalangan akademisi atau orang-orang cerdas dsj, tatapi datang dari orang biasa, seorang  pedagang kecil.

Mampukah hati ini menggugah kesadaran diri, menerima nasihat tersebut, sungguh kini seperti tersadari dan mengakui bahwa ada larangan yang mengatakan Jangan lihat orangnya  dalam menarik nasihat, meski dari orang biasa, ternyata itu benar adanya, maka nasihatnya adalah  perhatikan apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan.

[+/-]

trauma (18++) [jejak9]

[+/-]

Safety first-BARBAR VS BARBIE-Mohamad Rowi

[+/-]

# pohon kebaikan [jejak 8]

[+/-]

# ujian kenikmatan [jejak 7]

[+/-]

KEHENDAK BEBAS

[+/-]

AKU TEMANI HINGGA SEMBUH

[+/-]

THE POWER OF ILAHIYAH