Selasa, 05 Juli 2011

ORANG BIASA YANG DIBIASAKAN
B
anyak sudah contoh-contoh dalam kehidupan ini yang bisa kita ambil hikmahnya dari keberhasilan orang-orang ternama dan hebat. Mulai dari Nabi  Ibrohim hingga Rosululloh SAW, kemudian sebut saja Albert Einstain, lalu Thomas Alfa Edison hingga tokoh lokal seperti         Mas Mono yang terkenal dengan ayam bakarnya, atau Haji Bahar seorang milyarder besi tua asal Madura. Mereka semua itu adalah orang-orang yang biasa, dan sama seperti kebanyakan kita, namun nama mereka masih terukir hingga kini, padahal diantara mereka ada yang sudah ribuan tahun meninggal, namun juga ada yang hingga kini masih hidup,  mereka menginspirasikan kepada kita bahwa, kehidupan yang biasa-biasa saja yang mereka jalani itu telah membuahkan karya besar tak ternilai harganya.
Kalau mereka ditanyakan tentang bagaimana bisa menjadi seperti ini? Jawaban mereka sangat datar, seperti yang anda lihat, tak ada yang istimewa dari kesehariannya, waktunya yang 24 jam sama seperti kita 24 jam dan apa yang mereka makan pun juga sama dengan apa yang kita makan, namun ada sebuah kekhususan yang tidak dimiliki oleh kita yaitu sebuah kebiasaan yang tak biasa.
Abi Waqos  adalah sebuah contoh teladan yang sangat luar biasa yang dapat menjadi contoh dan pelajaran bagi kita. Ketika sahabat Rosul sedang mendengarkan majelis Rosululloh, sejenak Rosululloh berkata, ”Seorang penghuni surga sedang datang dan bergabung bersama kita”. Hampir semua sahabat bertanya, siapa dia? Ternyata Abi Waqos, semua sahabat terheran-heran bila melihat satu sahabat yang ini, tak ada yang luar biasa dari penampilannya, tak ada yang istimewa dari keahliannya, hingga membuat salah satu sahabtanya menjadi penasaran, maka dengan sangat hormat satu sahabat ini meminta izin untuk bersilaturahim dan bermalam dirumahnya, dan terjadilah hari yang ditunggu-tunggu.
Silaturahim pertama tak ada yang istimewa, hari kedua pun demikian hingga hari ketiga, hingga membuat gelisah dan penasaran, kenapa orang yang seperti ini di jamin oleh Rosululloh masuk surga? Akhirnya pertanyaan pun terlontar, “Abi Waqos, amalan apa yang kamu kerjakan sehingga Rosullulloh mengabarkan bahwa engkau adalah calon penghuni surga?” dijawab oleh Abi Waqos, bahwa secara khusus saya tak punya amalan, atau wirid yang khusus, semua biasa-biasa saja.” Di timpal kembali oleh pertanyaan berikutnya, ”Apa yang menjadi jaminan engkau menjadi calon penghuni syurga?” juga dijawab datar oleh Abi Waqos, bahwa semua yang saya jalani ini biasa-biasa saja, tak ada yang istimewa, saya selalu menjalankan rutinitas hidup sama seperti kamu, hanya saja saya sebelum tidur selalu berdoa kepada ALLOH SWT dan berikhtiar untuk memaafkan semua kesalahan saudaraku baik yang disengaja maupun tidak, agar ALLOH memaaafkan semua kesalahanku” mendengar jawaban dari pertanyaan itu, seperti dikagetkan oleh sesuatu yang sangat mengagetkan, lalu sahabat yang bertanya, diam-dian dapat memahami jawabanya.

Ternyata sebuah amalan kecil yang amat sangat dahsyat sekali, apa yang dilakukan oleh seorang Abi Waqos adalah bukan amalan biasa yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Namun pekerjaan seperti itu bukanlah juga tidak bisa dilakukan oleh setiap orang, semua orang bisa dan dapat melakukannya. Pekerjaan apapun dan seberat apapun pekerjaan tersebut selalu dimulai dari yang ringan. Muali dari yang mudah , ringan lalu terbiasa dan membiasakan diri setiap hari tanpa jenuh, hal ini akan menghasilkan sebuah peningkatan yang berarti, dan setiap tingkatan akan mempunyai nilai tersendiri pula, hingga tanpa disadarinya tingkatan tersebut berada di level teratas. Bila kondisi yang terjadi sudah sedemikian kompleks maka yang mulanya adalah sebuah pekerjaan biasa menjadi sebuah pekerjaan yang luar biasa.
Sedikit berbalik arah untuk menyeimbangkan sebuah paradigma keberhasilan yang dimulai dari hal yang biasa menjadi hal yang luar biasa, ternyata kehebatan seorang yang bermain dilini kejahatan pun demikian. Seorang pembunuh berdarah dingin pada mulanya adalah seorang pengecut yang tak mempunyai nyali atau keberanian apa-apa, untuk berhadapan dengan orang saja tidak berani, kalaupun dia sekarang disebut sebagai pembunuh berdarah dingan itu karena prestasi yang dihasilkannya sangat luar biasa, dan diluar nalar akal sehat bila menghitung jumlah  atau banyakknya korban hasil kejahatannya.
Lain halnya dengan  seorang koruptor, pada mulanya seorang koruptor adalah orang yang baik dan taat akan agama, lalu kenapa dia menjadi seperti tikus rakus tak menyadari keberadaanya ditempat yang kotor dan menjijikan, memakan apasaja yang ada didepannya, tak memperdulikan kepemilikan barang tersebut, dan membawanya ketempat persembunyian kotor. Antara makanan sehat dengan kotor bercampur menjadi satu bahkan kotorannyapun acapkali bersama dengan sumber makanannya. Kebiasaan kotor seperti inipun tidak terjadi serta merta, ini adalah sebuah proses panjang, yang terbiasa, sehingga dipuncak kebiasaanya itu ia tak menyadari pelaku korupsi itu telah tak enak dipandangnya, meyebarkan aroma busuk  atau telah merusak tatanan kehidupan sosial, bahkan nilai-nilai agamanyapun telah tergerogoti oleh perbuatannya, hati menjadi tidak sensitif terhadap barang halal dan haram, bahkan untuk mengembalikan hasil korupsinya saja terasa berat. Semua ini karena perilaku buruknya telah menutup semua aset baik yang telah ALLOH karunikan.
Kebiasaan baik ataupun kebiasaan buruk yang terbiasa akan membuat orang yang melakukannya menjadi ahli dibidangnya, orang yang terbiasa terlambat bangun tidur akan merasa tidak serasi bila bangun lebih awal, keterlambatannya menjadi teratur dan menjadi irama hidupnya. Untuk itu kita harus mewaspadainya setiap pembiasaan yang telah berjalan lama apalagi menahun  sebab kebiasaan ini akan menjadi sebuat irama kehidupan dan menjadi brand image bagi sipelakunya. Mewaspadai bila kebiasaan tersebut merupakan kebiasa yang berindikasi buruk namun bila kebiasaan tersebut adalah pembiasaan baik sebaiknya terus untuk dipertahankan. Akhirnya kita dapat berkesimpulan bahwa didunia ini sebenarnya tak ada yang tak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang biasa-biasa saja, yang memang tak dianugrahi kelebihan oleh ALLOH seperti kejeniusan yang berada diatas rata-rata, atau keahlian yang ada sejak lahir atau bawaan genetika karena faktor keturunan. Setiap orang bisa menjadi apa saja selama orang tersebut biasa pula untuk dibiasakan.

0 komentar:

Posting Komentar

| |

ORANG BIASA YANG DIBIASAKAN
B
anyak sudah contoh-contoh dalam kehidupan ini yang bisa kita ambil hikmahnya dari keberhasilan orang-orang ternama dan hebat. Mulai dari Nabi  Ibrohim hingga Rosululloh SAW, kemudian sebut saja Albert Einstain, lalu Thomas Alfa Edison hingga tokoh lokal seperti         Mas Mono yang terkenal dengan ayam bakarnya, atau Haji Bahar seorang milyarder besi tua asal Madura. Mereka semua itu adalah orang-orang yang biasa, dan sama seperti kebanyakan kita, namun nama mereka masih terukir hingga kini, padahal diantara mereka ada yang sudah ribuan tahun meninggal, namun juga ada yang hingga kini masih hidup,  mereka menginspirasikan kepada kita bahwa, kehidupan yang biasa-biasa saja yang mereka jalani itu telah membuahkan karya besar tak ternilai harganya.
Kalau mereka ditanyakan tentang bagaimana bisa menjadi seperti ini? Jawaban mereka sangat datar, seperti yang anda lihat, tak ada yang istimewa dari kesehariannya, waktunya yang 24 jam sama seperti kita 24 jam dan apa yang mereka makan pun juga sama dengan apa yang kita makan, namun ada sebuah kekhususan yang tidak dimiliki oleh kita yaitu sebuah kebiasaan yang tak biasa.
Abi Waqos  adalah sebuah contoh teladan yang sangat luar biasa yang dapat menjadi contoh dan pelajaran bagi kita. Ketika sahabat Rosul sedang mendengarkan majelis Rosululloh, sejenak Rosululloh berkata, ”Seorang penghuni surga sedang datang dan bergabung bersama kita”. Hampir semua sahabat bertanya, siapa dia? Ternyata Abi Waqos, semua sahabat terheran-heran bila melihat satu sahabat yang ini, tak ada yang luar biasa dari penampilannya, tak ada yang istimewa dari keahliannya, hingga membuat salah satu sahabtanya menjadi penasaran, maka dengan sangat hormat satu sahabat ini meminta izin untuk bersilaturahim dan bermalam dirumahnya, dan terjadilah hari yang ditunggu-tunggu.
Silaturahim pertama tak ada yang istimewa, hari kedua pun demikian hingga hari ketiga, hingga membuat gelisah dan penasaran, kenapa orang yang seperti ini di jamin oleh Rosululloh masuk surga? Akhirnya pertanyaan pun terlontar, “Abi Waqos, amalan apa yang kamu kerjakan sehingga Rosullulloh mengabarkan bahwa engkau adalah calon penghuni surga?” dijawab oleh Abi Waqos, bahwa secara khusus saya tak punya amalan, atau wirid yang khusus, semua biasa-biasa saja.” Di timpal kembali oleh pertanyaan berikutnya, ”Apa yang menjadi jaminan engkau menjadi calon penghuni syurga?” juga dijawab datar oleh Abi Waqos, bahwa semua yang saya jalani ini biasa-biasa saja, tak ada yang istimewa, saya selalu menjalankan rutinitas hidup sama seperti kamu, hanya saja saya sebelum tidur selalu berdoa kepada ALLOH SWT dan berikhtiar untuk memaafkan semua kesalahan saudaraku baik yang disengaja maupun tidak, agar ALLOH memaaafkan semua kesalahanku” mendengar jawaban dari pertanyaan itu, seperti dikagetkan oleh sesuatu yang sangat mengagetkan, lalu sahabat yang bertanya, diam-dian dapat memahami jawabanya.

Ternyata sebuah amalan kecil yang amat sangat dahsyat sekali, apa yang dilakukan oleh seorang Abi Waqos adalah bukan amalan biasa yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Namun pekerjaan seperti itu bukanlah juga tidak bisa dilakukan oleh setiap orang, semua orang bisa dan dapat melakukannya. Pekerjaan apapun dan seberat apapun pekerjaan tersebut selalu dimulai dari yang ringan. Muali dari yang mudah , ringan lalu terbiasa dan membiasakan diri setiap hari tanpa jenuh, hal ini akan menghasilkan sebuah peningkatan yang berarti, dan setiap tingkatan akan mempunyai nilai tersendiri pula, hingga tanpa disadarinya tingkatan tersebut berada di level teratas. Bila kondisi yang terjadi sudah sedemikian kompleks maka yang mulanya adalah sebuah pekerjaan biasa menjadi sebuah pekerjaan yang luar biasa.
Sedikit berbalik arah untuk menyeimbangkan sebuah paradigma keberhasilan yang dimulai dari hal yang biasa menjadi hal yang luar biasa, ternyata kehebatan seorang yang bermain dilini kejahatan pun demikian. Seorang pembunuh berdarah dingin pada mulanya adalah seorang pengecut yang tak mempunyai nyali atau keberanian apa-apa, untuk berhadapan dengan orang saja tidak berani, kalaupun dia sekarang disebut sebagai pembunuh berdarah dingan itu karena prestasi yang dihasilkannya sangat luar biasa, dan diluar nalar akal sehat bila menghitung jumlah  atau banyakknya korban hasil kejahatannya.
Lain halnya dengan  seorang koruptor, pada mulanya seorang koruptor adalah orang yang baik dan taat akan agama, lalu kenapa dia menjadi seperti tikus rakus tak menyadari keberadaanya ditempat yang kotor dan menjijikan, memakan apasaja yang ada didepannya, tak memperdulikan kepemilikan barang tersebut, dan membawanya ketempat persembunyian kotor. Antara makanan sehat dengan kotor bercampur menjadi satu bahkan kotorannyapun acapkali bersama dengan sumber makanannya. Kebiasaan kotor seperti inipun tidak terjadi serta merta, ini adalah sebuah proses panjang, yang terbiasa, sehingga dipuncak kebiasaanya itu ia tak menyadari pelaku korupsi itu telah tak enak dipandangnya, meyebarkan aroma busuk  atau telah merusak tatanan kehidupan sosial, bahkan nilai-nilai agamanyapun telah tergerogoti oleh perbuatannya, hati menjadi tidak sensitif terhadap barang halal dan haram, bahkan untuk mengembalikan hasil korupsinya saja terasa berat. Semua ini karena perilaku buruknya telah menutup semua aset baik yang telah ALLOH karunikan.
Kebiasaan baik ataupun kebiasaan buruk yang terbiasa akan membuat orang yang melakukannya menjadi ahli dibidangnya, orang yang terbiasa terlambat bangun tidur akan merasa tidak serasi bila bangun lebih awal, keterlambatannya menjadi teratur dan menjadi irama hidupnya. Untuk itu kita harus mewaspadainya setiap pembiasaan yang telah berjalan lama apalagi menahun  sebab kebiasaan ini akan menjadi sebuat irama kehidupan dan menjadi brand image bagi sipelakunya. Mewaspadai bila kebiasaan tersebut merupakan kebiasa yang berindikasi buruk namun bila kebiasaan tersebut adalah pembiasaan baik sebaiknya terus untuk dipertahankan. Akhirnya kita dapat berkesimpulan bahwa didunia ini sebenarnya tak ada yang tak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang biasa-biasa saja, yang memang tak dianugrahi kelebihan oleh ALLOH seperti kejeniusan yang berada diatas rata-rata, atau keahlian yang ada sejak lahir atau bawaan genetika karena faktor keturunan. Setiap orang bisa menjadi apa saja selama orang tersebut biasa pula untuk dibiasakan.

0 komentar:

Posting Komentar

.