Senin, 04 Juli 2011

MENEMBUS BATAS DENGAN WAJAR

Hampir setiap pesulap, dari semua aliran selalu mengatakan, "Menembus batas dengan cara yang tak wajar" misalnya, dia mampu melewati tembok Cina yang tebalnya luar biasa, Juga ada pesulap yang mampu memindahkan barang satu ketempat yang lain dalam waktu yang amat cepat, dan secara logika semua yang dilakukan pesulap itu diluar kewajaran akal sehat. Dan masih banyak contoh lainnya, Meskipun ada trik yang membuatnya berhasil melakukan hal tersebut, namun juga kita menjadi tertawa terbahak-bahak ketika mengetahui trik sulap tersebut. Betapa kita telah dibodohi oleh mereka, karena mereka, pesulap itu tidak bekerja sendiri, namun dibantu oleh banyak orang dalam satu tim mereka.

Lalu bagaimanakah cara dan metoda menembus batas dengan cara yang wajar dan normal? Bagi kita yang tidak pernah belajar sulap dan tidak memiliki kemampuan diluar akal sehat tesebut, menembus batas dengan cara yang wajar dan normal adalah Sunatulloh, atau sebuah hukum alam yang sejatinya terjadi dengan alamiah dan berevolusi. Apa saja yang dapat di tembus? Tentu segala macam hal dalam kehidupan ini, dan itu pulalah yang disebut dengan inovasi. Inovasi manusia yang sesungguhnya adalah buah karya akal sehat yang terlatih dan disiplin tanpa kenal lelah dalam mewujudkan hal yang ingin di capainya.

Seorang inovator selalu dianggap menyimpang dalam memulai berkarya dan selalu mendapat penilaian miring dari setiap orang yang melihatnya. Kemiringan sudut pandang ini sebenarnya ketidak pahaman mereka akan inovasi yang belum terwujud, namun tidak bagi mereka yang bisa memahami inovasi tersebut.

Setiap individu diciptakan ALLOH dalam keadaan sempurna, dan memiliki keunikan sendiri serta diberi bekal kemampuan yang sangat luar biasa. Jadi tak ada yang salah bagi ALLOH dalam penciptaannya. Kita sering berkubang dalam fikiran sempit dan negatif dalam menilai kehidupan ini, ALLOH sering menjadi kambing hitam dalam memberi keadilan khususnya bagi kita yang menuntut sama dengan mereka yang lebih unggul, lebih berprestasi, lebih makmur dan lebih sebagainya, dan menyalahkan diri kita yang tak seperti mereka. Sikap sempit dan pesimis cenderung negatif ini yang menutup diri kita untuk membuka segala potensi diri yang telah dibekali ALLOH. Dan sampai akhir hayat pun bila kita yang tidak membuka mind set atau pola fikir secepatnya kedalam pola fikir yang positif, maka kita sebenarnya telah melakukan bunuh diri pelan-pelan terhadap segala syukur dan nikmat yang luar biasa yang yang telah dibekali dan diberi oleh ALLOH SWT. Tidakah bahwa bunuh diri itu adalah tindakan dosa besar, namun karena kebodohan itupulalah yang membuat kita tak sadar dan terlena untuk mengali potensi besar diri kita ini.

Setiap sesuatunya tentu ada ilmunya, perbedaan yang mendasar dari setiap perbedaan, apakah itu pekerjaan hingga hasil karya semua terletak dari pemahaman dan ilmu yang dimiliki, yang bekerja berdasarkan ilmu sangat berbeda dengan mereka bekerja tanpa ilmu, sekecil apapun pekerjaan tersebut. Ilmu juga yang menjadi perbedaan hasil karya seseorang dengan yang tak berilmu. Terlebih lagi bila kita bicara tentang konsep ibadah. Ibadah yang didasari oleh ilmu pengetahuan akan terlihat elegan dilihatnya dan orang yang beribadah tanpa didasari ilmu terlihat abangan, padahal ibadah inilah yang menghatarkan kita memulai  kehidupan baru pasca kematian. Disinilah urgensinya kita belajar dengan basic ilmu pengetahuan  yang memadai, belajar tidak sekedar belajar, tetapi memahami, mendalami dan mengevaluasi setiap perubahan. Bila setiap segmentasi kehidupan itu disikapi dengan ilmu pengetahuan, tentu kita menjadi manusia yang sempurna dan ideal. Mulai dari berjalan kita memulai dengan do'a, dijalan kita berjalan ditempat yang benar dengan tidak mengganggu pejalan yang lain hingga sesampai dijalan kita mengucapkan syukur telah sampai ditujuan.

Betapa  indah hidup ini bila segala sesuatunya dilakukan dengan ilmu pengetahuan karena kita telah menempatkan diri kita dapa tempatnya, seperti yang diingini setiap manusia, yaitu sebuah keharmonisan dalam hidup, keselarasan dalam irama warna kehidupan.

Etika bertindak dengan ilmu pengetahuan nampaknya menjadi pijakan dasar yang fundamental, tak perlu membahas panjang dan lebar dampak dari perilaku yang tidak didasari oleh ilmu pengetahuan, sudah pasti lebih banyak meruginya dari pada untungnya, kalaupun untung, sebenarnya dibalik keberuntungan tersebut ada dua hal yang dapat diresapi, pertama betapa peran ALLOH bermain dalam membuktikan kemahakuasaannya, sebab diluar akal sehat musibah sekecil apapun dapat di lewati oleh seseorang dengan selamat, dan kedua adalah pembelajaran yang sedang ALLOH berikan kepada semua mahluknya, bagi mereka yang berpengetahuan ataupun tidak, yaitu bagaimana sebuah perbedaan yang nyata diatara keselamatan dan kecelakaan yang terekam dalam satu kejadian.

Faktor-faktor apasajakah yang menjadikan orang termotivasi untuk kembali kepada keadaan normal, dalam menjalankan kehidupan dan dapat menembus batas yang wajar? Pertanyaan ini mengelitik hati dan fikiran kita. Perang urat syaraf dalam diri sendiri saja sepertinya sudah dimulai, disadari atau tidak, hati menjadi tergelitik dan fikiran dihadapkan kekontaradiksian. Dan konflik internal bekecamuk. Mulai dari justifikasi diri yang lemah, beban dosa masa lalu, kesalahan yang tak terlupakan, ingatan akan mempermalukan diri dimuka umum, ketidap percaya diri yang dominan, hingga keputus asaan yang didepanmata seolah menjadi pilihan tepat yang terakhir layak di ambil.

Kondisi pesimis ini adalah dorongan motivasi seseorang dalam mengambil tindakan lebih lanjut. Karena dorongan motivasi diri itu setidaknya ada dorongan motivasi lain lagi yang harus di kemukakan, disamping pilihan dorongan motivasi pertama yang dilandasi rasa pesimis, marah dan  cenderung negatif, seharusnya kita menghadiran dorongan motivasi lainnya

Dorongan motivasi tandingan yaitu motivasi yang dilandasi oleh rasa cinta, optimis dan cenderung positif. Kehadiran dorongan motivasi kedua ini seharusnya dihadirkan dan ditentatifkan, dengan cara meyakini di hati dan diucapkan oleh lisan dengan diaplikasikan dalam tindakan. Pertama adalah dalam mensikapi dosa masalalu, yakini bahwa seandainya kita membawa dosa sebesar gunung gede maka ALLOH akan berlari mendekati kita dengan membawa rahmat dan ampun seluas langit dan bumi. Bila motivasi ini kita tentatifkan maka kita menjadi orang yang cinta taubat dan cinta akan perubahan baik. Kemudian kita mulai menumbuhkan nilai-nilai positif dari dalam diri kita, dengan menyertakan ALLOH dalam memulai sesuatunya, singkatnya kita memulai dengan basmalah berakhir dengan hamdalah. Yang yang paling urgen sekali adalah bagaimana kita mensikapi setiap kejadian dengan berfikir positif, abaikan serangan fikiran negatif yang datang dari diri sendiri, sedangan dalam mensikapi penilaian negatif dari orang lain, maka cara ampun dan ideal adalah dengan cara tetap fokus pada objek kerja yang kita lakukan dan yakini apa yang kita lakukan sudah benar, dengan indikasinya adalah tidak ada pihak yang dipersalahkan.

Tahap demi tahap perilaku baik ini akan menebus batas yang wajar dari apa yang akan menjadi cita-cita hidup ini. "kamu hanya bisa menembus langit itu hanya dengan shultan(ilmu pengetahuan)" inilah sinyalemen ALLOH dalam quran surat Arrohman ayat 13, kapan kita menjadi seorang inovator? Seperti petuah Aa Gym yang sangat positif, mulailah dari diri, mulai dari yang kecil dan mulai sekarang. Buatlah yang terbaik karena kebaikan itu berpulang pada diri kita, dan ucapakan rasa syukur sebagai tanda kesempurnaan ALLOH dan agar kita terus ditambah nikmatnya, mari kita cintai diri kita dan sekitar kita. alhamdulillah

0 komentar:

Posting Komentar

MENEMBUS BATAS DENGAN WAJAR

| |

Hampir setiap pesulap, dari semua aliran selalu mengatakan, "Menembus batas dengan cara yang tak wajar" misalnya, dia mampu melewati tembok Cina yang tebalnya luar biasa, Juga ada pesulap yang mampu memindahkan barang satu ketempat yang lain dalam waktu yang amat cepat, dan secara logika semua yang dilakukan pesulap itu diluar kewajaran akal sehat. Dan masih banyak contoh lainnya, Meskipun ada trik yang membuatnya berhasil melakukan hal tersebut, namun juga kita menjadi tertawa terbahak-bahak ketika mengetahui trik sulap tersebut. Betapa kita telah dibodohi oleh mereka, karena mereka, pesulap itu tidak bekerja sendiri, namun dibantu oleh banyak orang dalam satu tim mereka.

Lalu bagaimanakah cara dan metoda menembus batas dengan cara yang wajar dan normal? Bagi kita yang tidak pernah belajar sulap dan tidak memiliki kemampuan diluar akal sehat tesebut, menembus batas dengan cara yang wajar dan normal adalah Sunatulloh, atau sebuah hukum alam yang sejatinya terjadi dengan alamiah dan berevolusi. Apa saja yang dapat di tembus? Tentu segala macam hal dalam kehidupan ini, dan itu pulalah yang disebut dengan inovasi. Inovasi manusia yang sesungguhnya adalah buah karya akal sehat yang terlatih dan disiplin tanpa kenal lelah dalam mewujudkan hal yang ingin di capainya.

Seorang inovator selalu dianggap menyimpang dalam memulai berkarya dan selalu mendapat penilaian miring dari setiap orang yang melihatnya. Kemiringan sudut pandang ini sebenarnya ketidak pahaman mereka akan inovasi yang belum terwujud, namun tidak bagi mereka yang bisa memahami inovasi tersebut.

Setiap individu diciptakan ALLOH dalam keadaan sempurna, dan memiliki keunikan sendiri serta diberi bekal kemampuan yang sangat luar biasa. Jadi tak ada yang salah bagi ALLOH dalam penciptaannya. Kita sering berkubang dalam fikiran sempit dan negatif dalam menilai kehidupan ini, ALLOH sering menjadi kambing hitam dalam memberi keadilan khususnya bagi kita yang menuntut sama dengan mereka yang lebih unggul, lebih berprestasi, lebih makmur dan lebih sebagainya, dan menyalahkan diri kita yang tak seperti mereka. Sikap sempit dan pesimis cenderung negatif ini yang menutup diri kita untuk membuka segala potensi diri yang telah dibekali ALLOH. Dan sampai akhir hayat pun bila kita yang tidak membuka mind set atau pola fikir secepatnya kedalam pola fikir yang positif, maka kita sebenarnya telah melakukan bunuh diri pelan-pelan terhadap segala syukur dan nikmat yang luar biasa yang yang telah dibekali dan diberi oleh ALLOH SWT. Tidakah bahwa bunuh diri itu adalah tindakan dosa besar, namun karena kebodohan itupulalah yang membuat kita tak sadar dan terlena untuk mengali potensi besar diri kita ini.

Setiap sesuatunya tentu ada ilmunya, perbedaan yang mendasar dari setiap perbedaan, apakah itu pekerjaan hingga hasil karya semua terletak dari pemahaman dan ilmu yang dimiliki, yang bekerja berdasarkan ilmu sangat berbeda dengan mereka bekerja tanpa ilmu, sekecil apapun pekerjaan tersebut. Ilmu juga yang menjadi perbedaan hasil karya seseorang dengan yang tak berilmu. Terlebih lagi bila kita bicara tentang konsep ibadah. Ibadah yang didasari oleh ilmu pengetahuan akan terlihat elegan dilihatnya dan orang yang beribadah tanpa didasari ilmu terlihat abangan, padahal ibadah inilah yang menghatarkan kita memulai  kehidupan baru pasca kematian. Disinilah urgensinya kita belajar dengan basic ilmu pengetahuan  yang memadai, belajar tidak sekedar belajar, tetapi memahami, mendalami dan mengevaluasi setiap perubahan. Bila setiap segmentasi kehidupan itu disikapi dengan ilmu pengetahuan, tentu kita menjadi manusia yang sempurna dan ideal. Mulai dari berjalan kita memulai dengan do'a, dijalan kita berjalan ditempat yang benar dengan tidak mengganggu pejalan yang lain hingga sesampai dijalan kita mengucapkan syukur telah sampai ditujuan.

Betapa  indah hidup ini bila segala sesuatunya dilakukan dengan ilmu pengetahuan karena kita telah menempatkan diri kita dapa tempatnya, seperti yang diingini setiap manusia, yaitu sebuah keharmonisan dalam hidup, keselarasan dalam irama warna kehidupan.

Etika bertindak dengan ilmu pengetahuan nampaknya menjadi pijakan dasar yang fundamental, tak perlu membahas panjang dan lebar dampak dari perilaku yang tidak didasari oleh ilmu pengetahuan, sudah pasti lebih banyak meruginya dari pada untungnya, kalaupun untung, sebenarnya dibalik keberuntungan tersebut ada dua hal yang dapat diresapi, pertama betapa peran ALLOH bermain dalam membuktikan kemahakuasaannya, sebab diluar akal sehat musibah sekecil apapun dapat di lewati oleh seseorang dengan selamat, dan kedua adalah pembelajaran yang sedang ALLOH berikan kepada semua mahluknya, bagi mereka yang berpengetahuan ataupun tidak, yaitu bagaimana sebuah perbedaan yang nyata diatara keselamatan dan kecelakaan yang terekam dalam satu kejadian.

Faktor-faktor apasajakah yang menjadikan orang termotivasi untuk kembali kepada keadaan normal, dalam menjalankan kehidupan dan dapat menembus batas yang wajar? Pertanyaan ini mengelitik hati dan fikiran kita. Perang urat syaraf dalam diri sendiri saja sepertinya sudah dimulai, disadari atau tidak, hati menjadi tergelitik dan fikiran dihadapkan kekontaradiksian. Dan konflik internal bekecamuk. Mulai dari justifikasi diri yang lemah, beban dosa masa lalu, kesalahan yang tak terlupakan, ingatan akan mempermalukan diri dimuka umum, ketidap percaya diri yang dominan, hingga keputus asaan yang didepanmata seolah menjadi pilihan tepat yang terakhir layak di ambil.

Kondisi pesimis ini adalah dorongan motivasi seseorang dalam mengambil tindakan lebih lanjut. Karena dorongan motivasi diri itu setidaknya ada dorongan motivasi lain lagi yang harus di kemukakan, disamping pilihan dorongan motivasi pertama yang dilandasi rasa pesimis, marah dan  cenderung negatif, seharusnya kita menghadiran dorongan motivasi lainnya

Dorongan motivasi tandingan yaitu motivasi yang dilandasi oleh rasa cinta, optimis dan cenderung positif. Kehadiran dorongan motivasi kedua ini seharusnya dihadirkan dan ditentatifkan, dengan cara meyakini di hati dan diucapkan oleh lisan dengan diaplikasikan dalam tindakan. Pertama adalah dalam mensikapi dosa masalalu, yakini bahwa seandainya kita membawa dosa sebesar gunung gede maka ALLOH akan berlari mendekati kita dengan membawa rahmat dan ampun seluas langit dan bumi. Bila motivasi ini kita tentatifkan maka kita menjadi orang yang cinta taubat dan cinta akan perubahan baik. Kemudian kita mulai menumbuhkan nilai-nilai positif dari dalam diri kita, dengan menyertakan ALLOH dalam memulai sesuatunya, singkatnya kita memulai dengan basmalah berakhir dengan hamdalah. Yang yang paling urgen sekali adalah bagaimana kita mensikapi setiap kejadian dengan berfikir positif, abaikan serangan fikiran negatif yang datang dari diri sendiri, sedangan dalam mensikapi penilaian negatif dari orang lain, maka cara ampun dan ideal adalah dengan cara tetap fokus pada objek kerja yang kita lakukan dan yakini apa yang kita lakukan sudah benar, dengan indikasinya adalah tidak ada pihak yang dipersalahkan.

Tahap demi tahap perilaku baik ini akan menebus batas yang wajar dari apa yang akan menjadi cita-cita hidup ini. "kamu hanya bisa menembus langit itu hanya dengan shultan(ilmu pengetahuan)" inilah sinyalemen ALLOH dalam quran surat Arrohman ayat 13, kapan kita menjadi seorang inovator? Seperti petuah Aa Gym yang sangat positif, mulailah dari diri, mulai dari yang kecil dan mulai sekarang. Buatlah yang terbaik karena kebaikan itu berpulang pada diri kita, dan ucapakan rasa syukur sebagai tanda kesempurnaan ALLOH dan agar kita terus ditambah nikmatnya, mari kita cintai diri kita dan sekitar kita. alhamdulillah

0 komentar:

Posting Komentar

.