Senin, 11 Juli 2011

AKSI=REAKSI
REAKSI=AKSI

“Pusiiiinnnnnggggggggg…….”teriakan seorang ibu melihat anaknya yang  hiper aktif menjatuhkan sebuah fas bunga yang harganya cukup lumayan mahal, dicubit anaknya yang tidak bisa diam itu, dan sang anak pun terus bertanya-tanya, “Apa salahku mamah?” ”kamu sudah jatuhkan fas bunga yang harganya satu juta lebih” jawab sang ibu, lalu sang anakpun menjawab “bukan salahku, tempat bunganya ada ditengah-tengah, aku lari ngga sengaja nabrak itu” sang anak sepertinya mengerti seharusnya fas bunga itu tidak ditempatkan di tengah lorong. Tapi apa mau dikata kejadian sudah terjadi, mau tak mau harus mengganti fas bunga tersebut.
Sesampai di kasir, sang ibu bertanya kepada petugas kasir, ”Mba bagaimana dengan fas bunga yang pecah itu?” “oh baik bu, kami tahu itu, supervisor kami sedang mencari tahu penyebab pecahnya fas bunga dan mencari  tahu siapa yang menaruh fas bunga ditengah itu melalui cctv”, betapa senangnya mendengar ucapan sang kasir tersebut, lalu petugas kasir pun meminta untuk membayar barang  yang telah dibeli dahulu.
Takl terlalu lama, berapa menit kemudian  seorang supervisor swalayan  datang memberitahukan  sang ibu, bahwa fas bunga yang terjatuh itu tak perlu diganti, karena itu kesalahan dari pihak swalayan, betapa senangnya sang ibu mendengar ucapan tersebut, ”Fas bunga itu tidak dengan sengaja diletakkan di tengah, karena ketika petugas kami menata fas bunga, dia lupa menaruh kembali fas bunga yang masih ada satu ditengah, karena petugas kami terburu-buru menaruh tangga kebelakang, ketika kembali ketempat tersebut fas bunga sudah pecah, ini karena keteledoran petugas kami” begitu keterangan rinci yang di dapat dari seorang supervisor.
Rasa bersalah kini menerpa hati sang ibu karena telah terlanjur mencubit sang anak, hingga terlihat bekas cubitannya, sang ibu pun menjadi sedih dan meminta maaf kepada sang anak.
Kisah diatas adalah sebuah gambaran yang terlihat jelas sebuah reaksi yang spontan dari sang ibu terhadap kejadian yang tak mengenakkan, yang belum tentu kesalahan itu dilakukan oleh anaknya, kesalahan sekecil itu dapat mengajak pelakunya untuk bereaksi sejauh itu pula. Tampak jelas bahwa setiap individu dengan cepat bereaksi terhadap setiap kejadian yang berkenaan secara langsung kepadanya, ada individu yang bereaksi secara spontan yang tampak seperti contoh diatas , namun ada pula individu yang bereaksi tenang seraya mencari tahu sumber masalah, boleh jadi seribu reaksi yang mungkin ditimbulkan dari semua itu.  Respon yang  diungkapkan secara reaktif adalah sebuah kebiasaan yang dialami setiap individu. Individu yang terbiasa bereaksi positif mensikapi permasalahan tentu dengan positif pula, namun sebaliknya individu yang terbiasa bereaksi negatif terhadap sesuatu maka negatif  pula yang di hasilkanya. Positif dan negatif adalah sebuah pembiasaan diri yang tertentatif dalam keseharian, otak merespon secara spontan dari sebuah reaksi yang keluar dari sebuah aksi dan otak sepertinya terbentuk untuk lebih mengkedepankan reaksi tersebut yang sudah terbiasa di tentatifkan.
Dalam sekala besar reaksi seseorang  juga sama dalam mensikapi sebuah musibah besar, artinya bisa bersifat postif maupun negatif, disinilah urgensinya sebuah aktifitas melatih diri untuk bereaksi postif terhadap kejadian yang mengejutkan baik spontan maupun tidak, pembiasaan (tentatif) yang positif akan mengajak individu tersebut bersikap positif pula. Begitu juga sebaliknya pembiasaan negatif yang tertentatif akan membentuk karakter yang cenderung negatif.
Pembiasaan atau tentatif itu tidak terjadi dan terbentuk  dengan sendirinya, tapi melalui sebuah proses yang panjang, diawalnya mungkin saja penuh dengan paksaan namun diakhirnya akan menghasilkan sebuah irama kehidupan. Mulai dari yang sederhana, kecil , terus berlanjut ke yang lebih besar, dan rumit. Semua itu bisa dilakukan oleh siapa saja, sekecil apapun potensi yang dimiliki akan memberi dampak yang  besar terhadap hasil yang di buat bila terlatih. Benang merah yang dapat  dilihat dengan jelas perbedaan antara aksi dengan reaksi dan reaksi dengan aksi. Bila adanya aksi setelah reaksi adalah sebuah dampak dari sebuah proses panjang dari pembiasaan yang positif, dan sebaliknya bereaksi setelah adanya sebuah aksi adalah sebuah pembiasaan buruk yang tertentatif, sehingga lebih mudah bereaksi. Idealnya reaksi itu menjadi sebuah penyebab untuk melakukan aksi, sehingga aksi tersebut bisa direncanakan secara postif.

0 komentar:

Posting Komentar

| |

AKSI=REAKSI
REAKSI=AKSI

“Pusiiiinnnnnggggggggg…….”teriakan seorang ibu melihat anaknya yang  hiper aktif menjatuhkan sebuah fas bunga yang harganya cukup lumayan mahal, dicubit anaknya yang tidak bisa diam itu, dan sang anak pun terus bertanya-tanya, “Apa salahku mamah?” ”kamu sudah jatuhkan fas bunga yang harganya satu juta lebih” jawab sang ibu, lalu sang anakpun menjawab “bukan salahku, tempat bunganya ada ditengah-tengah, aku lari ngga sengaja nabrak itu” sang anak sepertinya mengerti seharusnya fas bunga itu tidak ditempatkan di tengah lorong. Tapi apa mau dikata kejadian sudah terjadi, mau tak mau harus mengganti fas bunga tersebut.
Sesampai di kasir, sang ibu bertanya kepada petugas kasir, ”Mba bagaimana dengan fas bunga yang pecah itu?” “oh baik bu, kami tahu itu, supervisor kami sedang mencari tahu penyebab pecahnya fas bunga dan mencari  tahu siapa yang menaruh fas bunga ditengah itu melalui cctv”, betapa senangnya mendengar ucapan sang kasir tersebut, lalu petugas kasir pun meminta untuk membayar barang  yang telah dibeli dahulu.
Takl terlalu lama, berapa menit kemudian  seorang supervisor swalayan  datang memberitahukan  sang ibu, bahwa fas bunga yang terjatuh itu tak perlu diganti, karena itu kesalahan dari pihak swalayan, betapa senangnya sang ibu mendengar ucapan tersebut, ”Fas bunga itu tidak dengan sengaja diletakkan di tengah, karena ketika petugas kami menata fas bunga, dia lupa menaruh kembali fas bunga yang masih ada satu ditengah, karena petugas kami terburu-buru menaruh tangga kebelakang, ketika kembali ketempat tersebut fas bunga sudah pecah, ini karena keteledoran petugas kami” begitu keterangan rinci yang di dapat dari seorang supervisor.
Rasa bersalah kini menerpa hati sang ibu karena telah terlanjur mencubit sang anak, hingga terlihat bekas cubitannya, sang ibu pun menjadi sedih dan meminta maaf kepada sang anak.
Kisah diatas adalah sebuah gambaran yang terlihat jelas sebuah reaksi yang spontan dari sang ibu terhadap kejadian yang tak mengenakkan, yang belum tentu kesalahan itu dilakukan oleh anaknya, kesalahan sekecil itu dapat mengajak pelakunya untuk bereaksi sejauh itu pula. Tampak jelas bahwa setiap individu dengan cepat bereaksi terhadap setiap kejadian yang berkenaan secara langsung kepadanya, ada individu yang bereaksi secara spontan yang tampak seperti contoh diatas , namun ada pula individu yang bereaksi tenang seraya mencari tahu sumber masalah, boleh jadi seribu reaksi yang mungkin ditimbulkan dari semua itu.  Respon yang  diungkapkan secara reaktif adalah sebuah kebiasaan yang dialami setiap individu. Individu yang terbiasa bereaksi positif mensikapi permasalahan tentu dengan positif pula, namun sebaliknya individu yang terbiasa bereaksi negatif terhadap sesuatu maka negatif  pula yang di hasilkanya. Positif dan negatif adalah sebuah pembiasaan diri yang tertentatif dalam keseharian, otak merespon secara spontan dari sebuah reaksi yang keluar dari sebuah aksi dan otak sepertinya terbentuk untuk lebih mengkedepankan reaksi tersebut yang sudah terbiasa di tentatifkan.
Dalam sekala besar reaksi seseorang  juga sama dalam mensikapi sebuah musibah besar, artinya bisa bersifat postif maupun negatif, disinilah urgensinya sebuah aktifitas melatih diri untuk bereaksi postif terhadap kejadian yang mengejutkan baik spontan maupun tidak, pembiasaan (tentatif) yang positif akan mengajak individu tersebut bersikap positif pula. Begitu juga sebaliknya pembiasaan negatif yang tertentatif akan membentuk karakter yang cenderung negatif.
Pembiasaan atau tentatif itu tidak terjadi dan terbentuk  dengan sendirinya, tapi melalui sebuah proses yang panjang, diawalnya mungkin saja penuh dengan paksaan namun diakhirnya akan menghasilkan sebuah irama kehidupan. Mulai dari yang sederhana, kecil , terus berlanjut ke yang lebih besar, dan rumit. Semua itu bisa dilakukan oleh siapa saja, sekecil apapun potensi yang dimiliki akan memberi dampak yang  besar terhadap hasil yang di buat bila terlatih. Benang merah yang dapat  dilihat dengan jelas perbedaan antara aksi dengan reaksi dan reaksi dengan aksi. Bila adanya aksi setelah reaksi adalah sebuah dampak dari sebuah proses panjang dari pembiasaan yang positif, dan sebaliknya bereaksi setelah adanya sebuah aksi adalah sebuah pembiasaan buruk yang tertentatif, sehingga lebih mudah bereaksi. Idealnya reaksi itu menjadi sebuah penyebab untuk melakukan aksi, sehingga aksi tersebut bisa direncanakan secara postif.

0 komentar:

Posting Komentar

.